Jumat, 27 Juli 2012

Pantun: "Tiada Guna"

Hendak kupetik si asam kandis.
Tak ada kawan, panjat sendiri.
Pantun disusun buat sang gadis.
Supaya bisa menjaga diri..

Duduk bersila para bangsawan.
Kopiah tapis, berlipat tajung.
Disapa abang tampan rupawan.
Adik manis langsung tersanjung..

Satu purnama kasih terajut.
Si abang belum tampak belangnya.
Tak perlu sembah tak perlu sujud.
Si gadis sudah lengket hatinya..

Riuh rendah budak tertawa.
Beradu gasing ditengah laman.
Kemana mana slalu berdua.
Bagaikan benang dengan sulaman..

Pisang batu si-pisang kelat.
Makanan monyet ditengah hutan.
Hati sang gadis sudah terpikat.
Berani mati ditangan tuan..

Harum semerbak wangi kenanga.
Taruh sekuntum didalam kamar.
Hati sang gadis berbunga-bunga.
Si abang tampan datang melamar..

Angkat gelas Raja bersulang.
Minum anggur berwarna merah.
Pengantin senang bukan kepalang.
Hajad sepekan meriah sudah..

Kayuh sampan hingga kehulu.
Hendak menuju ke Indragiri.
Sembilan pekan sudah berlalu.
Tahunya abang sudah ber-istri..

Tebang buluh di pulau panggung.
Buluh ulung sudahlah tua.
Minta cerai kepalang tanggung.
Si gadis sudah berbadan dua..

Rebana - gendang, indah dipukul.
Tari sembah lalu tampilkan.
Alangkah berat beban di pikul.
Sudahlah nasip dikandung badan..

Aduhai kasihan si gadis manis.
Dulu dipuji, kini di hina.
Siang malam hati menangis.
Sesali badan tiada guna..

Dari medan menuju jawa.
Singgah sejenak di raja basa.
Pesan untuk adik semua.
Jaga diri, sebelum binasa..

Si mata empat mencabut pedang.
Karna serunting tantang berlaga.
Harta dan rupa boleh dipandang.
Akhlak dan budi, teliti juga..

Sungguhlah nikmat labu perigi.
Di campur gula santan kelapa.
Kemana badan dibawa pergi.
Nasihat bunda, jangan dilupa..

>basahlah badan karena peluh.
Sapu tangan, tolong ambilkan.
Tersusun rapi jari sepuluh.
Ada salah mohon maafkan...

Tabikpuun...!

Bekasi, April 2011.

Hendri Semaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar