Jumat, 27 Juli 2012

facebook -an (pantun Lampung)

Jak Tanggamus, Semaka.
Di kecamatan Gisting.
Wayak bukhak nyemuka.
Kisalah, kilu bimbing..

Banjakh manis pekon kham.
Kebuayan Tekhuggak.
Wayak nuju pusikam.
Judulni 'wayak kikhak'..

Bekasi jengan ganta.
Di jatimulya Tambun.
Kantu salah di tata.
Pengatu, kilu happun.

Kham khadu sekenalan.
Najin ampai di facebook.
Makkung ki setunggaan.
Maklum, jejama sibuk.

Gedahni kemajuan.
Sukhat mak jaman lagi.
Twitter dalih facebookan.
Sungi kita bubagi..

Nutuk do kham facebookan.
Goh inday kanan kikhi.
Muaq ni kham kenalan.
Kalau jadi puakhi..

Melamon do kenalan.
Suntan togok Bupati.
Sejakh pak setinggulan.
Khanno pekhettok hati..

Status baru disani.
Komentar say titunggu.
Ya tukhun pagi khani.
Angkah mansa kelimpu..

Say nalom di agama.
Bagi hadist khik firman.
Sejakh nambah pahala.
Guna-ni 'pertemanan'..

Lain moneh kah cutik.
Ngewada pemekhittah.
Ngekhasa kena ilik.
Nulis sendali makhah..

Say dagang juga lamon.
Mubil, motor khik badik.
Induh ano satemon.
Api haga ngebudik..

Sangun wat do bekhita.
Mekhanai nyulik muli.
Najin melamon juga.
Bulambanan andahni..

Wat say nyani cekhita.
Nyela astawa ngopok.
Wat moneh cawa khuta.
Semapu di pekhettok..

Payu do kham pekhwatin.
Muakhi seangkonan.
Pepadun khik saibatin.
Dang sampai secadangan..

Hadat budaya, andan.
Sang bumi khua jukhai.
Kalau dia kesiwwan.
Togok di jimmoh sawai..

Setanya kham di kabakh.
Setaguan pak cutik.
Bubagi dang setakakh.
Sunyin ilmu say bettik..

Najin 'online' mak benni.
Sejakh kipak sekhabbok.
Wayak, wakhah, tisani.
Nyin Lappung goggoh khoppok..

Kipak jengan pujawoh.
Muakhi se'angkonan.
Kilu kham halok gegoh.
Kalau munyai mekhawan..

Wayak kham mak sepikha.
Khadu pay sengatukhap.
Tabikpun, ngalimpukha.
Tubbang wat tekaliccap..


Bekasi, 14 Maret 2011

Hendri semaka

Tabikpuun..

Pantun: "Tiada Guna"

Hendak kupetik si asam kandis.
Tak ada kawan, panjat sendiri.
Pantun disusun buat sang gadis.
Supaya bisa menjaga diri..

Duduk bersila para bangsawan.
Kopiah tapis, berlipat tajung.
Disapa abang tampan rupawan.
Adik manis langsung tersanjung..

Satu purnama kasih terajut.
Si abang belum tampak belangnya.
Tak perlu sembah tak perlu sujud.
Si gadis sudah lengket hatinya..

Riuh rendah budak tertawa.
Beradu gasing ditengah laman.
Kemana mana slalu berdua.
Bagaikan benang dengan sulaman..

Pisang batu si-pisang kelat.
Makanan monyet ditengah hutan.
Hati sang gadis sudah terpikat.
Berani mati ditangan tuan..

Harum semerbak wangi kenanga.
Taruh sekuntum didalam kamar.
Hati sang gadis berbunga-bunga.
Si abang tampan datang melamar..

Angkat gelas Raja bersulang.
Minum anggur berwarna merah.
Pengantin senang bukan kepalang.
Hajad sepekan meriah sudah..

Kayuh sampan hingga kehulu.
Hendak menuju ke Indragiri.
Sembilan pekan sudah berlalu.
Tahunya abang sudah ber-istri..

Tebang buluh di pulau panggung.
Buluh ulung sudahlah tua.
Minta cerai kepalang tanggung.
Si gadis sudah berbadan dua..

Rebana - gendang, indah dipukul.
Tari sembah lalu tampilkan.
Alangkah berat beban di pikul.
Sudahlah nasip dikandung badan..

Aduhai kasihan si gadis manis.
Dulu dipuji, kini di hina.
Siang malam hati menangis.
Sesali badan tiada guna..

Dari medan menuju jawa.
Singgah sejenak di raja basa.
Pesan untuk adik semua.
Jaga diri, sebelum binasa..

Si mata empat mencabut pedang.
Karna serunting tantang berlaga.
Harta dan rupa boleh dipandang.
Akhlak dan budi, teliti juga..

Sungguhlah nikmat labu perigi.
Di campur gula santan kelapa.
Kemana badan dibawa pergi.
Nasihat bunda, jangan dilupa..

>basahlah badan karena peluh.
Sapu tangan, tolong ambilkan.
Tersusun rapi jari sepuluh.
Ada salah mohon maafkan...

Tabikpuun...!

Bekasi, April 2011.

Hendri Semaka

Pahlawan Radin Intan II

Meski tidak setenar, teman seperjuangan.
Tak secuil pun mengurangi kagum dan kebanggaan.
Dari Radin Imba II, engkau di titiskan.
Dengan kakek, Radin Intan I, keberanian mu disetarakan.

Ratu darah putih, dan Tun penatih awal silsilah.
Melahirkan putra si Fatahillah.
Sang pembawa Islam
pelurus Aqidah.
Tampan rupawan lagi gagah.

Fatahillah yang agung.
Dari Banten, nama nya menggaung.
Pemimpin keratuan darah putih, di negeri Lampung.
Sekitar abad XVI, itu berlangsung.

Radin Intan I, itulah keturunan.
Berjuang dari 1751 hingga 1828.
Pusat keratuan, di kahuripan.
Penengahan, Lampung selatan.

Keras kepala, julukan Belanda.
Kepada Radin Intan I, nan perwira.
Dengan politic de vide et impera.
Perampas Cengkih, Kopi dan Lada.

Radin Intan I, wafat 1828.
Putra nya, Radin Imba II, menggantikan.
Sifat sang ayah di turunkan.
Radin Imba II pun, anti penjajahan.

Batin Mengunang, dan rakyat Semaka.
Bahu membahu dengan Radin Imba II.
Dibantu Kiai Arya nata braja.
Usir Belanda dengan segera.

Diteluk Lampung lakukan serangan.
Pasukan belanda dapat dikalahkan.
Asisten residen J.A Dubois meminta bantuan.
Dari Batavia serdadu di datangkan.

Letnan Kobuld dan kapten Hoffman pimpin pasukan.
Tiba di Kalianda, 1832 agustus, tanggal 8.
Pekon Negara putih dan kesugihan dibumi hanguskan.
Karena raden Imba tidak di ketemukan.

Daerah gunung Tanggamus, 9 september 1832.
Pertempuran sengit luar biasa.
Pimpin pasukan, Radin Imba dimuka.
Serdadu Belanda, habis binasa.

Pertempuran besar selanjutnya.
Benteng Raja Gepei menjadi saksi.
Radin Imba II dengan kekuatan nya.
Membuat kapten Beld houder dan kapten Pouwer mati.

23 sept 1834, para Syuhada akhirnya tertawan.
Kolonel Elout jadi pimpinan.
Benteng Raja Gepei pun, lepas dari tangan.
Mati surilah semua perlawanan.

Batin mengunang, dan kyai Arya natapraja.
Beserta Radin Imba dan istri tercinta.
Bersama pengikut setia, di asingkan ke Batavia.
Agar perlawanan Rakyat lampung tidak berdaya.

Kyai Arya nata praja dan Batin Mengunang.
Dibatavia mereka berpulang.
Lalu Radin Imba-2, ke pulau Timor dibuang.
Hingga akhir nya ajal menjelang.

Ratu Mas, istri tercinta.
Saat itu sedang hamil tua.
Lalu keLampung, di pulangkan Belanda.
Penjajah, yang akhirnya kembali berkuasa.

Inilah awal mulanya.
Kisah perlawanan gagah perkasa.
Dari Lampung, perlawanan nya.
Bergelar RADIN INTAN-II.

Radin Imba-2 dan Ratu Mas, orang tua nya.
Radin Intan I, kakek tercinta.
Lahir, 1831 di hutan rimba.
Dirawat dan dibesarkan, 'penuh rahasia'

sang anak yatim, Radin Intan-II.
Ikuti jejak, para leluhur nya.
Penerus dan pewaris tahta.
Berjuang sejak usia belia.

Benteng dan strategi kembali ditata.
Dari keratuan darah putih, semua bermula.
Meski senjata pedang, keris, dan badik saja.
Namun semangat juang, luar biasa.

Dengan tokoh penting jalin persahabatan.
Singa Branta, wak Maas, haji Wakhia serta marga Ratu dan daratan.
Tujuan nya tentu untuk menggalang kekuatan.
Oleh Belanda, ini sangat membahayakan.

Tahun 1851, Berkekuatan 400 serdadu.
Kapten Tuch, pemimpin kala itu.
Benteng Merambung, lalu di serbu.
Meskipun masih muda, Radin Intan-2 maju tak ragu.

10 agustus 1856, serdadu kembali didatangkan.
Dari Batavia, ekspedisi besar-besaran di datangkan.
Meriam besar, kapal perang, dan berbagai jenis peralatan diturunkan.
Mayor Van bostade, mayor Nauta dan kolonel Walleson pimpin pasukan.

Melalui daerah ujau dan Kenali.
Penyerangan 16 agustus 1856, itu terjadi.
Benteng Bendulu dikuasai.
Raden Intan-2 diminta menyerahkan diri.

Namun hanya berselang dua hari.
Benteng bendulu di rebut kembali.
Oleh pasukan Radin intan-2 yang gagah berani.
Sekitar jam 8 pagi, waktu negeri.

Benteng Ketimbang pun lalu diserang Belanda.
Dari tiga penjuru yang berbeda.
Walleson dari Gunung Rajabasa ke arah utara.
Van Costade melalu barat, menuju kelaut dan Kunyaian pasukan kedua.

Mayor Nauta dari Penengahan melalui hutan.
Untuk merebut Benteng Salai Tabuan.
Sebelum akhirnya Benteng Ketimbang jadi sasaran.
Karena disanalah basis terbesar perlawanan.

Sekitar pukul 12 siang, tatkala adzan sudah berkumandang.
27 agustus 1856 benteng Ketimbang serentak di serang.
Para syuhada tetap melawan, meski senjata tidak seimbang.
Akhirnya pukul 05 subuh Belanda menguasi benteng Ketimbang.

Radin Intan-2, wak Maas, Haji Wakhia dan Singa Branta.
Luput dari sergapan Belanda.
Dari sini, mulailah mereka bergerilya.
Di bantu seluruh Rakyat Lampung yg setia.

Dengan licik dan berbagai cara.
Belanda menangkap semua teman seperjuangan Radin intan-2.
09 september 1856, belanda menghukum mati haji Wakhia.
Dan tak lama, wak Maas tewas dalam pertempuran berikut nya.

Pahlawan Radin Intan-2 bersama sepupu juga, meninggal dunia.
Akibat penghianatan seorang kepala desa.
Meski melawan dengan segenap tenaga.
Apalah daya, Radin Intan-2 kalah dalam jumlah pasukan nya.

>pantun ini di sadur dari berbagai sumber.
TABIKPUN.

Minggu, 01 Juli 2012

TKW (sekhatus cabuk pitu)

>Mati luwak bagian.
T.K.W Indonesia..
Lapah nyippok pemengan.
Mid Arab khik Malaysia..

Di negekhi tenggalan.
Payah nyepok kekhajja..
Najin tian pandai sallan.
Pagun tian lapah juga..

Ulih dija mak mingan.
Hukhik gegoh kedua..
Yamula kakak-minan.
Lapah hingga kuwawa..

Bayakhan lain cutik.
Gadai kebun khik sabah.
Ngeliak anak khamik.
Yamula buginalah..

Lapah mawat ki ukhung.
Kipak mak makai visa.
Say di Arab, ni pancung.
Di Malaysia, disiksa..

Massa jukhagan jahat.
Badan khik hati sakik.
Kekhja payah melakhat.
Anak bakas ni cukik..

Hinggo wat kesalahan.
Potong gaji min tellu.
Kak minjak kemawasan.
Sepatu cakak hulu..

>lain moneh mak ngemik.
Say lapah ketenganan.
Mansa jukhagan bettik.
Ana gelakhni khawan..

Mengan, penganik bangik.
Gaji, di bayakh juga.
Ngikhim di anak khamik.
Togok citta kahaga..

Kak togok kontrak bella.
Mulang kipak sebulan.
Jukhagan kukhang khila.
Miwang tiyan sang-kaban..

Kham di anggop sekelik.
Lain di anggop babu.
Kidang wadani cutik.
'Sekhatus cabuk pitu..'

>induh kapan kham mingan.
Goggoh Negara bakhih.
Melamon kekhajjaan.
Rakyat mak lamon jekhih..

Hukum khik pembangunan.
Say adil khik mekhata.
Togok di pemekonan.
Dang unyin di Jakarta..

Kuat pemekhittahan.
Tilah Rakyat ni bangga.
Dang jadi pukalahan.
Segi apipun juga.

Adek, puakhi, indai.
Khadu lamon buktina.
Tulung ti pikikh ko pay.
Sesol mak ngedok guna..

Bekasi, 17 maret 2011
Hendrik Semaka.
*salam jama puakhi2 say lagi merantau di Malaysia, Arab saudi, Korea, Japan khik say bakhih...

Tabikpun..

"ADOK LAMPUNG. dulu SAKRAL, kini DI OBRAL"

Adok (adoq) adalah sebutan untuk gelar kebangsawanan yang ada di Lampung. Atau dg bahasa sederhana, darah biru nya orang Lampung. (baik pada Jurai sebatin / pesisir atau pepadun /peminggir).
Berbeda dg Jurai pepadun (dialek nyo), pada Jurai sebatin (dialek api) pemberian adok didasarkan pada Clan atau mengikuti garis keturunan sang Ayah.
Dalam masyarakat Lampung, seorang penyandang adok disebut penyimbang. Penyimbang atau tetua adat di jurai sebatin membawahi beberapa penyimbang dibawahnya atau biasa juga disebut jakhu suku. Jakhu suku inilah yang membawahi langsung masyarakat umum yang disebut Makhga (marga) atau Kebuayan.

Adapun Hirarki atau tingkatan adok para penyimbang di jurai sebatin (dari tertinggi hingga terendah) adalah sbb:
-suntan / pangikhan /dalom.
-khaja / dipati.
-batin.
-khadin.
-minak.
-kimmas.
-mas / itton.

(@Diandra natakembahang poerba)
Kemudian masyarakat umum atau masyarakat tanpa adok yang disebut makhga atau kebuayan.

Karena didasarkan pada garis keturunan, seseorang yang bergelar pangikhan (suntan) atau dalom, akan di gantikan oleh keturunan nya. (anak tertua laki-laki) sebagai penyimbang berikut nya. dan begitu seterusnya. Jadi pemberian gelar atau adok ini bukan dilihat dari tingkatan sosial, ekonomi, penampilan atau kekuasaan dan jabatan seseorang.
Inilah, kenapa menurut saya Adok atau Gelar di Lampung adalah Agung dan Sakral..

Namun, akhir2 ini di Lampung seakan 'latah' dg sering dan banyaknya acara pemberian gelar yang dalam bahasa Lampung, disebut 'butetah'- ini.
Sebut saja yang terbaru, adalah pemberian adok kepada Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan di Kota Agung Tanggamus. (pada Sabtu, 17.des.2011, silam)
Pemberian adok atau gelar ini diberikan oleh MPAL (Majelis Penyimbang Adat Lampung) kabupaten Tanggamus, karena sang menteri dinilai telah memberikan kontribusi yang besar thd pelestarian hutan di propinsi Lampung.
Dan tidak tanggung-tanggung, sang Menteri yang juga putra daerah tsb menerima gelar kehormatan 'pangeran'. atau lengkapnya, 'pangeran cagar buana'.
Bersama beliau juga disematkan gelar 'pangeran', kepada SetKab Tanggamus dan seorang anggota DPD RI. tentunya, juga kepada ketiga pasangan masing-masing yang mulai saat itu bergelar ratu.

Pada hirarki di atas, jelas terlihat bahwa seorang pangeran (suntan) atau dalom membawahi beberapa khaja, batin-batin dan juga memiliki anak makhga atau kebuayan. lalu pertanyaan nya, siapa khaja2 dan makhga dari pangeran cagar buana..??
Agak aneh dan lucu menurut saya karena 'pemberian adok' tsb justru dilakukan oleh jurai saibatin.

Kendati hanya dihadiri oleh penyimbang adat dari 5 marga (gunung alip, belunguh, benawang, pematang sawa dan marga ngarip), bagi pemerintah, ini tentunya tidak akan mengurangi keabsahan dari gelar pangeran tsb.
Menurut ketua MPAL Tanggamus, 'pemberian adok ini bermakna mengangkat saudara' atau bagi sebagian orang hanya di anggap sbg gelar kehormatan'.
Saya justru bertanya., 'tidak cukupkah pemberian adok kimmas atau mas saja..?
Apakah dg pemberian adok kimmas atau mas kepada 'penyimbang dadakan' ini akan mengurangi rasa hormat dan bangga dari jurai sebatin utama nya di Tanggamus..?
Seorang penyimbang tentunya harus mendapat pengakuan dari semua marga dan kebuayan yang dipimpin nya.
Sebaliknya, seorang penyimbang harus berbangga dg penuh keikhlasan menjadikan dirinya seorang penyimbang adat.
Apalah arti sebuah piagam penyimbang tersematkan, namun hanya menjadi hiasan dinding di ruang makan, tanpa makna..

Orang-orang diluar Lampung mungkin akan maklum ketika seseorang mendapatkan gelar pangeran. Dalam benak mereka, seorang Raja bisa saja memberikan gelar kepada figur yang di anggap berjasa dalam karya-karya nya demi kemajuan marga atau masyarakat.
Tapi di Lampung tidaklah sama. Pada hirarki lampung, suntan (pangikhan) atau dalom adalah penyimbang tertinggi. Bukan Raja, seperti di daerah lain.
Ketika ini menjadi sebuah 'pemakluman' oleh orang-orang diluar Lampung, maka menurut saya, inilah yg akan mengecilkan arti, keagungan, dan kesakralan budaya Lampung itu sendiri.

Seorang Gubernur tidak seharusnya merangkap penyimbang adat. Dikhawatirkan akan terjadi tumpang tindih kebijakan yg berhubungan dg adat istiadat. Penyimbang adat harus menjadi central control adat, tanpa di campuri kepentingan dan kekuasaan.

Saya lalu sedikit berangan-angan dan berikhlas ria, seandainya gelar atau adok pangikhan disematkan kepada salah seorang 'sesepuh' di desa Cikoneng kecamatan Anyer kabupaten Serang Banten (pekon pak).
Persahabatan dan kemuakhian antara Cikoneng dan Lampung yg sudah berjalan lebih dari 400 tahun, dan masyarakat Cikoneng yg bangga mengaku bagian dari Lampung adalah salah satu alasan saya., kenapa Lampung Cikoneng 'sunnah' mempunyai seorang pangikhan.
Ini di buktikan dg masih dipakai nya budaya, bahasa dan adat istiadat di daerah majemuk tersebut.

TABIK..

WAYAK :"PAHIK"

Takhu di anjung lunik.
Tesetik di las bani.
Buhatok sikhap ngelik.
Kuyung jadi sassai ni.

Gelakhni anjung khupik.
Ya kamar ya dapukhni.
Pedom bupiyu abik.
Bubantal kakhung guni.

Ngeguwai kebun cutik.
Hulun moneh kedau ni.
Buwah ampai kemutik.
Lagi tangih musim ni.

Ninggalko pekon khamik.
Anak, kajong puwakhi.
Butahun lamban tippik.
Mati malang mu dikhi.

Dunia khasa pelik.
Hiyon dawah debingi.
Pak sai mawat ngedok khik.
Nunggal bukhani-khani.

Uyah, cabi tenggikhik.
Emmi tenghandop nambi.
Inuman kupi pahik.
Tangih ngedok suwani.

Kelalah di penganik.
Masa paceklik bani.
Mekhayang halom kulik.
Khambak hiwang lom hati.

Sallan kok haga hukhik.
Nyepok sekhok bah jami.
Haga nungga say bangik.
Induh kapan masani.

Lain ki Nyak sebinjik.
Busuya di Ilahi.
Nyusuk lom pullan sakik.
Ya Allahhu ya Robbi.

Tabikpun..
Bekasi, Juni 2012

wayak: "PUKAKAMBANG"

Bekhak ni tanoh Lampung.
Lain cekhita hada.
Labung kedok mak nudung.
Kulapahi, ki saka.

Tanggamus kuta Agung.
Ninggam teluk semaka.
Ukhung kita pubandung.
Mak nihan ku khekhaba.

Bulayakh pai do jukung.
Bulabuh di Tekhbaya.
Kidang janjimu ukhung.
Nyani hatiku suya.

Ngejala di pehabung.
Ngelawai di humakha.
Ganta nyak tepik nanggung.
Niku induh dipayya.

Bunyi talakekhumung.
Di tekhuggak Menggala.
Nyak tekhai kinjuk labung.
Khaccit ni mak sepikha.

Habang do niku bukhung.
Nyalai dunggak kelapa.
Sumpahmu dek, sebuhung.
Nyak disani tidaya.

Bu abik batik kappung.
Akkos hinjang cempaka.
Janji mu mak sepegung.
Ngegetas pakhi hapa.

Tanjung jati bah gunung.
Kappung bakhu di doh na.
Cakak jung mak budayung.
Pukakambang gelakh na.

Tabikpun..
Bekasi, Juni 2012