Jumat, 03 Agustus 2012

"JAGA MAKHGA II dan PUTRI MAS ITTON"

Dingin nya 'negeri semaka' sore itu seakan sirna. Sudah enam hari ini, makhga "buay pengaku" bersuka cita. Tetabuhan gung dan tala kekhumung di gedung kebandakhan seolah tiada henti..

Janur kuning dan aneka bendera symbol kerajaan, menghiasi sepanjang jalan pekon menggala. Hilir mudik babbay battu menambah ramainya kediaman pangikhan jaga makhga-2. Sesekali terlihat bakas battu membawa talam dan sebekhah aneka warna menaiki rumah panggung milik pangikhan, yang juga adalah rumah makhga buay pengaku.
Disisi kiri belakang, terlihat tujuh ekor kerbau pilihan telah ditambatkan. Sementara dibekhanda gedung, tampak pangikhan tuha (jaga makhga-1) menerima anjauan dari khaja-khaja, dalom dan saibatin dari berbagai buay dan makhga negeri semaka.
Dihalaman gedung, tudung gubikh terpasang dengan agung lengkap dengan pengawal bersenjatakan payan.

Iya. hari ini adalah hari ke enam dimana kebandakhan buay pengaku berpesta.
Esok hari adalah hari bahagia sang pangeran muda, 'jaga makhga-2'. Pinangan keluarga kepada putri mas itton telah diterima dan esok adalah hari akad nikah mereka..

Mas itton adalah putri jelita dengan sifat dan santun tiada duanya.
Kecantikan dan kelembutan nya membuat dia dikenal hingga keseluruh pelosok negeri semaka hingga swarna dwipa..

Seperti lima hari sebelumnya, sore inipun, 'putri mas itton' berjalan menuju way semaka untuk mandi. Di iringi mully baya dan beberapa pengawal kerajaan. Mereka beriringan menuju way semaka melewati pekon ngakhip sebelum akhirnya mandi dihulu way semaka dipekon tuha dikaki gunung pesagi.
Sesekali terlihat putri tersenyum, ketika beberapa masyarakat semaka menyapanya...
Tidak terasa, iring2an putri tiba di hulu way semaka. Jernihnya air sungai, membuat putri dan para dayang dayang setengah berlari menuju hulu sungai.
Para pengawalpun berpencar, berjaga. Memastikan sang putri nyaman berendam diway semaka, seperti lima hari sebelum nya..

Sesekali terdengar gelak tawa putri dan mully baya dihulu sungai, hampir satu jam lamanya.
ketika tiba-tiba terdengar teriakan dari sungai..
'pengawal,..! Tolong..! Tolong..! Ada buaya, ada buaya..!' teriak para mully baya.

Empat orang pengawal dari empat arah bumi, serentak menuju hulu sungai.
Dengan sigap mereka menceburkan diri kedalam sungai, mencari sang putri.
Namun sayang, sang putri hanya terlihat satu kali menampak kan wajahnya. Sebelum akhirnya hilang, bersamaan dengan permukaan air way semaka yang bergolak hebat..

Mully baya pun berlarian dari dalam sungai dengan telosan yang dikenakan menuju pekon balak. Pekon terdekat dari hulu sungai semaka.
Selang beberapa saat, raja setia darma, raja dipekon balak, dan masyarakatnya telah berkerumun dibibir sungai, dengan berbagai senjata terhunus..

Khadin kusuma, yang sebelum nya di utus khaja setia darma melapor ke pekon menggala, telah datang kembali dipekon balak, lengkap dengan para pengawal istana.
Hingga larut malam, hampir semua kekuatan negeri semaka dikerahkan menyisir hulu hingga hilir sungai. Namun sayang, usaha mereka menemukan putri mas itton, nihil.

Tangis pilu bukan hanya di pekon menggala, namun hampir disemua pekon di negeri semaka..

Tidak seorangpun menduga, tayuh sennang dibuay pengaku berubah duka. Seharusnya hari ini adalah hari bahagia bagi makhga buay pengaku.
Bagaimana tidak, esok, tepat dihari ketujuh tayuh, adalah hari yang dinanti-nantikan seluruh anak negekhi semaka. Sudah 26 tahun, mereka merindukan dan menantikan sang pangeran muda bersanding dengan putri pujaan hatinya..

Namun siapa nyana, hari ini adalah hari kelabu yang tidak akan dilupakan oleh pangikhan ngukha, juga makhga buay pengaku..

Gunung tanggamus yang berdiri kokoh seolah ikut berpilu,..
Deburan ombak di pesisir pantay terbaya-pun tidak segarang hari-hari sebelum nya.... Sudah tiga malam, 'pangeran muda' buay pengaku merenung sendiri terduduk di atas batu, di tepi way semaka.

Ya. Way semaka, sungai yang tidak begitu besar dengan air nya yang sangat jernih, namun menyimpan seribu misteri..

Rerimbunan bambu dan rotan hampir menutupi seluruh tepi sungai semaka.
Pohon2 tua dan bermacam kepunggukh berdiri kokoh di sekitarnya.
Bukan tanpa alasan, pangikhan ngukha yang bergelar 'jaga makhga -2' itu datang ketepi hulu sungai semaka.
Dendam anak negeri semaka, menuntun nya kesana..

Dibaluti kain tapis berwarna merah tua dengan ikat pujuk berwarna kuning ke-emasan.
Sesekali, tampak ia mencabut 'kekhis tuha' keluar dari werangkanya hingga separuh..

Rambutnya yang hampir sebahu terkibas oleh dinginnya angin yang berdesir menusuk tulang. Dibawah bakha tepat di atas ubun ubun, raut mukanya berbalut dendam. Gemeretak giginya terkadang membuat penghuni sungai terdiam.
Empat orang pengawal pribadinya berdiri membisu, kurang dari sepuluh meter dari tempat ia duduk. Mereka semua cemas. namun hanya terdiam, sesuai perintah si empunya titah..

Tengah malam itu terasa agak berbeda dari dua malam sebelum nya. Hampir dua jam sejak pangeran muda berpamit pada pangeran tua di gedung kebandakhan, semuanya berjalan begitu hening...

Sesaat kemudian, dari arah hilir way semaka, air bergolak perlahan. Pangikhan jaga makhga-2 berdiri.
Sejurus kemudian, tampak moncong rakus berwarna putih kehitaman menyembul dari air. Matanya merah menyala membuat nyali siapapun menjadi ciut.

Pangeran muda yang telah lama menantinya segera meluruskan pandangan kearah buaya putih tersebut.
'... Keluarlah siluman..!
Aku si jaga makhga-2, datang untuk mengambil nyawamu..!!'.

Bentak sang pangeran muda.

Ekor nya yang panjang membuat air bergolak hebat. Sesekali ia membuka lebar-lebar mulutnya.
Menepi, dan perlahan menaiki tanoh semaka..

Empat orang pengawal istana langsung berlari ke arahnya. Bersamaan dengan itu, buaya itupun berubah wujud..
Meskipun berbentuk manusia, namun pada tangan, kaki dan sebagian tubuhnya masih jelas menyisakan sisik buaya..

Pertarungan hebatpun, tidak ter elakkan. Kehebatan dan ketangguhan para pengawal kerajaan, musnah hanya sekali terjang saja.
Tiga dari empat pengawal jaga makhga-2, tewas mengenaskan. Dua bilah mata tombak yang menancap didada dan kaki siluman, tidak lantas membuat nya terkapar..

Pangeran muda dengan geram langsung menghunus keris tuha ditangan nya. Dengan sedikit lompatan, di arahkan tepat di kepala sang buaya siluman.
Namun sayang, sedetik sebelum keris menancap, siluman itupun hilang dari pandangan. Di iringi tawa yg menakutkan.
Ia lenyap, dan hanya meninggalkan tombak yang tadi menancap ditubuhnya...

Pangeran muda berbalik ke arah pengawalnya yg telah bergelimpangan.
Hanya raden singa dipati yang terlihat masih hidup, dengan luka dikaki kanan yang menganga..
'.. Singa dipati, pulanglah.., beritahu kepada 'pangikhan tuha' di gedung..'.
'..aku akan menyusul siluman buaya putih ke sarangnya..'
'..tapi baginda, sikindua tidak akan meninggalkan baginda sendiri disini..."
'..pulanglah..!!'
Suara pangeran muda meninggi, sambil menunjuk ke arah puncak gunung tanggamus..
'.. Baik pun, titah baginda akan hamba laksanakan..'.

Dengan lunglai, khadin singa dipati pun menaiki kuda tunggangan nya. Sekali hentakan, kuda berwarna coklat tua bersama penunggang nya itupun hilang dikegelapan pullan tuha pekon balak, menapaki jalan berbatu menuju gedung kebandakhan di menggala...

Tidak seorangpun yang mengetahui bagaimana pangeran muda bisa membunuh buaya putih. Pagi itu, yang masyarakat 'pekon balak' tahu, hanyalah kekhis tuha telah menancap tepat dikepala sang buaya.
Hulu sungai semaka agak memerah. sementara, pangeran jaga makhga-2 tergeletak tak jauh dari jasad ketiga pengawalnya.

Meskipun sekujur tubuh terluka, namun ketampanan dan kegagahan nya tidaklah pudar..
'.. Pangeran masih hidup..!!'. teriak beberapa pemuda desa pekon balak ber ulang kali, sambil memapah tubuh pangikhan yang gagah tersebut, ke rumah raja dipekon balak.
Terlihat luka agak lebar menganga di lengan kirinya. Namun jemarinya dengan kuat menggenggam 'sesuatu'.

Pagi itupun pekon balak geger. Kepala mekhanai, 'mas pemotokh', tanpa di perintah, langsung mengerahkan pemuda untuk membakar siluman buaya putih..
Gedung kebandakhan 'buay pengaku' siang itu penuh sesak oleh semua 'jakhu suku' yang ada di negeri semaka. Bukan hanya pangikhan atau saibatin, namun wargapun ramai memenuhi 'gekhilan, kudan, dan tengabbah' kebandakhan..

Diruang tengah gedung, semuanya duduk bersila dihamparan 'kajang berlapis apai atau ilat'. Hanya pangikhan, sebatin, dan khaja2 lah yang duduk beralaskan 'kasukh'. Pangikhan tuha duduk berdampingan dgn ibu khatu. Tampak juga sebatin 'buay mayang', yakni 'khaja mangku utama' dan istri-nya. Yg tak lain, adalah orang tua dari putri mas itton..

Lelidung dan aneka khaddayan masih terpasang rapi di setiap dinding kebandakhan. Tidak banyak yg berubah, selain janur kuning yang mulai layu dan mengering.

Pangikhan jaga makhga-2 telah siuman, setelah tiga hari tak sadarkan diri. Dia duduk bersebelahan dengan raden singa dipati. Tampak dihadapan nya tergeletak sebuah kotak berhiaskan emas ber-ukiran sigokh dan tapis...

Setelah semua dinilai rapi, 'khaja syahbandar' yang ditunjuk sebagai pimpinan mupakat siang itupun, langsung membuka acara..
"..tabikpun pangikhan, saibatin dan semua khaja2 serta abdi istana yg saya hormati.."
"..siang ini kita semua mendapatkan 'ukhawan' dari kebandakhan buay pengaku, tak lain adalah agar kita semua makhga mengetahui, akan kelanjutan dari tayuh kita..".
"..kita semua tentu merasakan, bagaimana kita semua telah dibuat bersedih dan menangis, tiga-empat hari ini...".
"selanjutnya, kepada pun pangikhan muda kami, 'jaga makhga-2' sudilah kiranya untuk bisa melanjutkan sambutan hamba..."

jaga makhga-2 yang telah ditunjuk, langsung maju kurang lebih sejengkal, ketengah 'kelasa'. Menghaturkan sembah sujud kepada pangikhan buay pengaku dan saibatin buay mayang.
Sesaat beliau terdiam, dengan mata berkaca-kaca, mengarahkan pandangan hampir keseluruh ruangan.
Seluruh yg hadir hanya terdiam, hanya pandangan mereka yang mengisyaratkan kesedihan yang mendalam..

"..tabikpun pangikhan jaga makhga-1, saibatin mangku utama, dan semua makhga negekhi semaka.., saya telah berusaha untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi hak-kita semua.."
"..namun sang kuasa bumi ini telah berkehendak lain.."

"..baginda..sai batin mangku utama, hamba mohon ampun, karna tidak bisa menjaga putri mas itton.."
(suaranya yg terbata membuat kedua ibu khatu dan orang2 yg hadir ter isak.., jaga makhga-2 lalu meraih kotak dihadapan nya..)

dipegangnya kotak tsb, lalu dgn sedikit membungkuk dia letakkan ditengah kelasa, tepat dihadapan pangikhan tuha dan sai batin mangku utama...
"... Hamba mohon ampun, yang mulia.., hamba hanya bisa membawa pulang, 'jari manis' putri mas itton.."

seluruh ukhawan yang hadir terbelalak, Seakan tidak percaya. Sementara tangis pun semakin jelas menghiasi hampir seisi gedung kebandakhan..

Saibatin mangku utama lalu meraih kotak. setengah ragu, perlahan kotakpun dibuka..
Semua yang hadir melihat dengan jelas, jari anak mayang sang putri. lengkap dengan cincin emas bermutiara kan intan berwarna merah, masih melingkarinya.
Tidak ada pucat sedikitpun warnanya. jari manis sang putri layaknya jari seseorang yang masih hidup. Bersamaan dgn itu, semerbak wangi melati memenuhi gedung kebandakhan...

Raja Mangku utama kemudian menutupnya kembali..
"...jaga makhga-2.., meskipun antara kau dan putri kami, belum terikat hubungan suami istri, namun putri mas itton sudah menjadi milikmu.."
"..biarlah jari manis ini dimakamkan dinegeri buay pengaku.."
"...Aku beserta makhga buay mayang telah meng-ikhlaskan garisan Tuhan, ini..."



Begitulah, Alkisah dari jaga makhga-2 dan putri mas itton.
(legenda buay pengaku dan buay mayang)
setelah acara mupakat kebandakhan ditutup, jari manis putri mas itton lalu dimakamkan di 'pecuccu'an kebandakhan'. layaknya pemakaman seorang putri raja...
Wangi melatipun semerbak, bukan hanya di makam dan gedung kebandakhan, namun di seantero negeri buay pengaku...

Meski tidak seorangpun mengetahui bagaimana siluman buaya putih terbunuh ditangan jaga makhga-2, 'Negeri semaka', yang selalu dihantui rasa takut dan cemas menjelang purnama, kinipun telah tentram dan damai....



TABIKPUN....

Bekasi, 03 Agustus 2012

Hendri semaka


wayak: "PACEKLIK"

Sangun aneh, pemekhittahan khik cukong2 di negara kham jo...
Ki musim togok, seunyinna mak bukhegga. Induh kupi, induh cakkih khik lada..
Mapas..!!

Na payu pekhwatin .., lapah kham cuba jejama, muwayak na:



Ajo wayak puakhi.
Guway jadi angonan.
Geddah ni kham petani.
Santokh mak kecukupan..

Paceklik khatong manjau.
Kekukhangan pemengan.
Injuk musim kemakhau.
Mak buway koq bandongan..

Paceklik nyani susah.
Sang Buay sanga Makhga.
Dunia lamon sabah.
Kidang bias ni dipa..?

Nginjam mid dija dudi.
Najin bayakh bulipat.
Ngedudu tengah khani.
Hukhik tambah melakhat..

Kupi lada bukhegga.
Ki-paceklik jo togok.
Jak khua jadi lima.
Nyani podokh goh 'hotok'.

Khegga cakak mid langik.
Kidang bakhang ni mawat.
Say cina tambah bangik.
Lappung tambah melakhat.

Kapan kak musim khatong.
Khegga ni mak sepikha.
Say cina mengan betong.
Petani nambah 'lakha'.

Musim khadu mak lagi.
Ngebukak pembukuan.
Hinji pakai koperasi.
Hijjo bayakh ijonan.

Kinandi ulih api...??
Ki paceklik jo, luwah.
Mahal koq pucuk hubi.
Khappa laju kham kidah..

Kantu payu puakhi.
Sanga Buay sang Makhga.
Kak togok musim nanti.
Paceklik dang kilupa..

Dang unyin ni ti belli.
Ki-kah ngabelli hada.
Nyesol khatong ni dukhi.
Hukum alam gelakhna..

Ulih melamon kita.
Kak musim, jadi 'cadang'.
Tibelli unyin citta.
Injuk mak bakal kukhang..

Kebun ti silau juga.
Dang ti silau kak musim.
Tanom kupi khik lada.
Putti, cabi, khik kikim..

Kalau hasil wajjuga.
Ki kebun kham ti andan.
Sapa pandai bukhegga.
Mingan kesani lamban..

Ki say khadu wat lamban.
Mingan kham cakak Haji.
Anak sekula kaban.
Tilah sennang di hati...
Amin...


Tabik puuun...
Banjakh manis, Gisting. 2010.

puisi: "FATAMORGANA"

Entah berapa masa kau hadir dihatiku
Menjadi penghias di mimpi malam
Mengubah resah menjadi sayang dan nafsu

Yang ku ingat hanya sayang teramat
melebihi seluruh ummat
Yang ku tahu
aku senang bersamamu
meski hanya memandangmu

Sua kau dan aku kala itu
mungkin hanyalah kebetulan tak bertuan
Namun cinta saat itu suatu kesungguhan

Perlahan ku menjauh darimu
meninggalkan semua asa dan cinta
Jangan pernah kau bertanya mengapa..?
Kebahagiaanmu bersamanya adalah jawabannya

Kasih
Duka kurasa bila kau tak bahagia
Sedih, bila kau tersakiti oleh nya
Pun begitu, aku hanya bisa berdo'a
semoga engkau kembali bisa merajutnya
Menyulam benang kasih bersamanya

Sayang
Datanglah...! 
Jika kegalauanmu sudah tak tertahankan
Biar kudengar keluh kesahmu
tuk mengurangi sesak hatimu

Rebahlah didadaku walau sesaat
Meskipun hanya kurangi separuh penat
Kan kupeluk dirimu, walau tak lagi ada harap


Gisting, 11 Desember 2010
Hendri Semaka

Tabikpuun..

"Jagung Lupa di Basung"

Bismillah, awal mula.
Ajo wayak tisusun.
Tabikpun ngalimpukha.
Lain ki sakking buyun..

Temondo pay puakhi.
Tawwai ni tuyuk tamong.
Tulung jak kanan kikhi.
Dang lebon, jadi hakhong..

Ingok sapa penulung.
Dang pandang tuha ngukha.
Jagung lupa dibasung.
Lupa lagi sengsakha..

Nulung kaci tesettik.
Sekiman anjak tumbay.
Lagi lunik ti suppik.
Balak ya, ngekhoh nyagai..

Khettak lupa dibawak.
Wayit lupa junjungan.
Tekabok kilu injak.
Yamula kecadangan..

Keminan khek kemaman.
Dang titawak ki khiya.
Khuyuh mak jadi haban.
Ki gelluk kham ngubat ya..

Ketubbang nungga bangik.
Ingok, asal kham saka.
Bubagi kipak cutik.
Sejjakh ingok kham dia..

Mak mingan ngeni khupa.
Kantu bakhang ni mawat.
Sejjakh kipak tenaga.
Ketubbang lagi kuwat.

Say ngeni tilah khila.
Pak cutik mak sebinjik.
Kidang sangun manusia.
Isi lupa di kulik..

Lain ki hingga tuha.
Nawwai kitik bulangui.
Ajo guwai kham ngaca.
Dang manuk lupa tallui..

Tabikpun...
Bekasi, april 2011

Jumat, 27 Juli 2012

facebook -an (pantun Lampung)

Jak Tanggamus, Semaka.
Di kecamatan Gisting.
Wayak bukhak nyemuka.
Kisalah, kilu bimbing..

Banjakh manis pekon kham.
Kebuayan Tekhuggak.
Wayak nuju pusikam.
Judulni 'wayak kikhak'..

Bekasi jengan ganta.
Di jatimulya Tambun.
Kantu salah di tata.
Pengatu, kilu happun.

Kham khadu sekenalan.
Najin ampai di facebook.
Makkung ki setunggaan.
Maklum, jejama sibuk.

Gedahni kemajuan.
Sukhat mak jaman lagi.
Twitter dalih facebookan.
Sungi kita bubagi..

Nutuk do kham facebookan.
Goh inday kanan kikhi.
Muaq ni kham kenalan.
Kalau jadi puakhi..

Melamon do kenalan.
Suntan togok Bupati.
Sejakh pak setinggulan.
Khanno pekhettok hati..

Status baru disani.
Komentar say titunggu.
Ya tukhun pagi khani.
Angkah mansa kelimpu..

Say nalom di agama.
Bagi hadist khik firman.
Sejakh nambah pahala.
Guna-ni 'pertemanan'..

Lain moneh kah cutik.
Ngewada pemekhittah.
Ngekhasa kena ilik.
Nulis sendali makhah..

Say dagang juga lamon.
Mubil, motor khik badik.
Induh ano satemon.
Api haga ngebudik..

Sangun wat do bekhita.
Mekhanai nyulik muli.
Najin melamon juga.
Bulambanan andahni..

Wat say nyani cekhita.
Nyela astawa ngopok.
Wat moneh cawa khuta.
Semapu di pekhettok..

Payu do kham pekhwatin.
Muakhi seangkonan.
Pepadun khik saibatin.
Dang sampai secadangan..

Hadat budaya, andan.
Sang bumi khua jukhai.
Kalau dia kesiwwan.
Togok di jimmoh sawai..

Setanya kham di kabakh.
Setaguan pak cutik.
Bubagi dang setakakh.
Sunyin ilmu say bettik..

Najin 'online' mak benni.
Sejakh kipak sekhabbok.
Wayak, wakhah, tisani.
Nyin Lappung goggoh khoppok..

Kipak jengan pujawoh.
Muakhi se'angkonan.
Kilu kham halok gegoh.
Kalau munyai mekhawan..

Wayak kham mak sepikha.
Khadu pay sengatukhap.
Tabikpun, ngalimpukha.
Tubbang wat tekaliccap..


Bekasi, 14 Maret 2011

Hendri semaka

Tabikpuun..

Pantun: "Tiada Guna"

Hendak kupetik si asam kandis.
Tak ada kawan, panjat sendiri.
Pantun disusun buat sang gadis.
Supaya bisa menjaga diri..

Duduk bersila para bangsawan.
Kopiah tapis, berlipat tajung.
Disapa abang tampan rupawan.
Adik manis langsung tersanjung..

Satu purnama kasih terajut.
Si abang belum tampak belangnya.
Tak perlu sembah tak perlu sujud.
Si gadis sudah lengket hatinya..

Riuh rendah budak tertawa.
Beradu gasing ditengah laman.
Kemana mana slalu berdua.
Bagaikan benang dengan sulaman..

Pisang batu si-pisang kelat.
Makanan monyet ditengah hutan.
Hati sang gadis sudah terpikat.
Berani mati ditangan tuan..

Harum semerbak wangi kenanga.
Taruh sekuntum didalam kamar.
Hati sang gadis berbunga-bunga.
Si abang tampan datang melamar..

Angkat gelas Raja bersulang.
Minum anggur berwarna merah.
Pengantin senang bukan kepalang.
Hajad sepekan meriah sudah..

Kayuh sampan hingga kehulu.
Hendak menuju ke Indragiri.
Sembilan pekan sudah berlalu.
Tahunya abang sudah ber-istri..

Tebang buluh di pulau panggung.
Buluh ulung sudahlah tua.
Minta cerai kepalang tanggung.
Si gadis sudah berbadan dua..

Rebana - gendang, indah dipukul.
Tari sembah lalu tampilkan.
Alangkah berat beban di pikul.
Sudahlah nasip dikandung badan..

Aduhai kasihan si gadis manis.
Dulu dipuji, kini di hina.
Siang malam hati menangis.
Sesali badan tiada guna..

Dari medan menuju jawa.
Singgah sejenak di raja basa.
Pesan untuk adik semua.
Jaga diri, sebelum binasa..

Si mata empat mencabut pedang.
Karna serunting tantang berlaga.
Harta dan rupa boleh dipandang.
Akhlak dan budi, teliti juga..

Sungguhlah nikmat labu perigi.
Di campur gula santan kelapa.
Kemana badan dibawa pergi.
Nasihat bunda, jangan dilupa..

>basahlah badan karena peluh.
Sapu tangan, tolong ambilkan.
Tersusun rapi jari sepuluh.
Ada salah mohon maafkan...

Tabikpuun...!

Bekasi, April 2011.

Hendri Semaka

Pahlawan Radin Intan II

Meski tidak setenar, teman seperjuangan.
Tak secuil pun mengurangi kagum dan kebanggaan.
Dari Radin Imba II, engkau di titiskan.
Dengan kakek, Radin Intan I, keberanian mu disetarakan.

Ratu darah putih, dan Tun penatih awal silsilah.
Melahirkan putra si Fatahillah.
Sang pembawa Islam
pelurus Aqidah.
Tampan rupawan lagi gagah.

Fatahillah yang agung.
Dari Banten, nama nya menggaung.
Pemimpin keratuan darah putih, di negeri Lampung.
Sekitar abad XVI, itu berlangsung.

Radin Intan I, itulah keturunan.
Berjuang dari 1751 hingga 1828.
Pusat keratuan, di kahuripan.
Penengahan, Lampung selatan.

Keras kepala, julukan Belanda.
Kepada Radin Intan I, nan perwira.
Dengan politic de vide et impera.
Perampas Cengkih, Kopi dan Lada.

Radin Intan I, wafat 1828.
Putra nya, Radin Imba II, menggantikan.
Sifat sang ayah di turunkan.
Radin Imba II pun, anti penjajahan.

Batin Mengunang, dan rakyat Semaka.
Bahu membahu dengan Radin Imba II.
Dibantu Kiai Arya nata braja.
Usir Belanda dengan segera.

Diteluk Lampung lakukan serangan.
Pasukan belanda dapat dikalahkan.
Asisten residen J.A Dubois meminta bantuan.
Dari Batavia serdadu di datangkan.

Letnan Kobuld dan kapten Hoffman pimpin pasukan.
Tiba di Kalianda, 1832 agustus, tanggal 8.
Pekon Negara putih dan kesugihan dibumi hanguskan.
Karena raden Imba tidak di ketemukan.

Daerah gunung Tanggamus, 9 september 1832.
Pertempuran sengit luar biasa.
Pimpin pasukan, Radin Imba dimuka.
Serdadu Belanda, habis binasa.

Pertempuran besar selanjutnya.
Benteng Raja Gepei menjadi saksi.
Radin Imba II dengan kekuatan nya.
Membuat kapten Beld houder dan kapten Pouwer mati.

23 sept 1834, para Syuhada akhirnya tertawan.
Kolonel Elout jadi pimpinan.
Benteng Raja Gepei pun, lepas dari tangan.
Mati surilah semua perlawanan.

Batin mengunang, dan kyai Arya natapraja.
Beserta Radin Imba dan istri tercinta.
Bersama pengikut setia, di asingkan ke Batavia.
Agar perlawanan Rakyat lampung tidak berdaya.

Kyai Arya nata praja dan Batin Mengunang.
Dibatavia mereka berpulang.
Lalu Radin Imba-2, ke pulau Timor dibuang.
Hingga akhir nya ajal menjelang.

Ratu Mas, istri tercinta.
Saat itu sedang hamil tua.
Lalu keLampung, di pulangkan Belanda.
Penjajah, yang akhirnya kembali berkuasa.

Inilah awal mulanya.
Kisah perlawanan gagah perkasa.
Dari Lampung, perlawanan nya.
Bergelar RADIN INTAN-II.

Radin Imba-2 dan Ratu Mas, orang tua nya.
Radin Intan I, kakek tercinta.
Lahir, 1831 di hutan rimba.
Dirawat dan dibesarkan, 'penuh rahasia'

sang anak yatim, Radin Intan-II.
Ikuti jejak, para leluhur nya.
Penerus dan pewaris tahta.
Berjuang sejak usia belia.

Benteng dan strategi kembali ditata.
Dari keratuan darah putih, semua bermula.
Meski senjata pedang, keris, dan badik saja.
Namun semangat juang, luar biasa.

Dengan tokoh penting jalin persahabatan.
Singa Branta, wak Maas, haji Wakhia serta marga Ratu dan daratan.
Tujuan nya tentu untuk menggalang kekuatan.
Oleh Belanda, ini sangat membahayakan.

Tahun 1851, Berkekuatan 400 serdadu.
Kapten Tuch, pemimpin kala itu.
Benteng Merambung, lalu di serbu.
Meskipun masih muda, Radin Intan-2 maju tak ragu.

10 agustus 1856, serdadu kembali didatangkan.
Dari Batavia, ekspedisi besar-besaran di datangkan.
Meriam besar, kapal perang, dan berbagai jenis peralatan diturunkan.
Mayor Van bostade, mayor Nauta dan kolonel Walleson pimpin pasukan.

Melalui daerah ujau dan Kenali.
Penyerangan 16 agustus 1856, itu terjadi.
Benteng Bendulu dikuasai.
Raden Intan-2 diminta menyerahkan diri.

Namun hanya berselang dua hari.
Benteng bendulu di rebut kembali.
Oleh pasukan Radin intan-2 yang gagah berani.
Sekitar jam 8 pagi, waktu negeri.

Benteng Ketimbang pun lalu diserang Belanda.
Dari tiga penjuru yang berbeda.
Walleson dari Gunung Rajabasa ke arah utara.
Van Costade melalu barat, menuju kelaut dan Kunyaian pasukan kedua.

Mayor Nauta dari Penengahan melalui hutan.
Untuk merebut Benteng Salai Tabuan.
Sebelum akhirnya Benteng Ketimbang jadi sasaran.
Karena disanalah basis terbesar perlawanan.

Sekitar pukul 12 siang, tatkala adzan sudah berkumandang.
27 agustus 1856 benteng Ketimbang serentak di serang.
Para syuhada tetap melawan, meski senjata tidak seimbang.
Akhirnya pukul 05 subuh Belanda menguasi benteng Ketimbang.

Radin Intan-2, wak Maas, Haji Wakhia dan Singa Branta.
Luput dari sergapan Belanda.
Dari sini, mulailah mereka bergerilya.
Di bantu seluruh Rakyat Lampung yg setia.

Dengan licik dan berbagai cara.
Belanda menangkap semua teman seperjuangan Radin intan-2.
09 september 1856, belanda menghukum mati haji Wakhia.
Dan tak lama, wak Maas tewas dalam pertempuran berikut nya.

Pahlawan Radin Intan-2 bersama sepupu juga, meninggal dunia.
Akibat penghianatan seorang kepala desa.
Meski melawan dengan segenap tenaga.
Apalah daya, Radin Intan-2 kalah dalam jumlah pasukan nya.

>pantun ini di sadur dari berbagai sumber.
TABIKPUN.

Minggu, 01 Juli 2012

TKW (sekhatus cabuk pitu)

>Mati luwak bagian.
T.K.W Indonesia..
Lapah nyippok pemengan.
Mid Arab khik Malaysia..

Di negekhi tenggalan.
Payah nyepok kekhajja..
Najin tian pandai sallan.
Pagun tian lapah juga..

Ulih dija mak mingan.
Hukhik gegoh kedua..
Yamula kakak-minan.
Lapah hingga kuwawa..

Bayakhan lain cutik.
Gadai kebun khik sabah.
Ngeliak anak khamik.
Yamula buginalah..

Lapah mawat ki ukhung.
Kipak mak makai visa.
Say di Arab, ni pancung.
Di Malaysia, disiksa..

Massa jukhagan jahat.
Badan khik hati sakik.
Kekhja payah melakhat.
Anak bakas ni cukik..

Hinggo wat kesalahan.
Potong gaji min tellu.
Kak minjak kemawasan.
Sepatu cakak hulu..

>lain moneh mak ngemik.
Say lapah ketenganan.
Mansa jukhagan bettik.
Ana gelakhni khawan..

Mengan, penganik bangik.
Gaji, di bayakh juga.
Ngikhim di anak khamik.
Togok citta kahaga..

Kak togok kontrak bella.
Mulang kipak sebulan.
Jukhagan kukhang khila.
Miwang tiyan sang-kaban..

Kham di anggop sekelik.
Lain di anggop babu.
Kidang wadani cutik.
'Sekhatus cabuk pitu..'

>induh kapan kham mingan.
Goggoh Negara bakhih.
Melamon kekhajjaan.
Rakyat mak lamon jekhih..

Hukum khik pembangunan.
Say adil khik mekhata.
Togok di pemekonan.
Dang unyin di Jakarta..

Kuat pemekhittahan.
Tilah Rakyat ni bangga.
Dang jadi pukalahan.
Segi apipun juga.

Adek, puakhi, indai.
Khadu lamon buktina.
Tulung ti pikikh ko pay.
Sesol mak ngedok guna..

Bekasi, 17 maret 2011
Hendrik Semaka.
*salam jama puakhi2 say lagi merantau di Malaysia, Arab saudi, Korea, Japan khik say bakhih...

Tabikpun..

"ADOK LAMPUNG. dulu SAKRAL, kini DI OBRAL"

Adok (adoq) adalah sebutan untuk gelar kebangsawanan yang ada di Lampung. Atau dg bahasa sederhana, darah biru nya orang Lampung. (baik pada Jurai sebatin / pesisir atau pepadun /peminggir).
Berbeda dg Jurai pepadun (dialek nyo), pada Jurai sebatin (dialek api) pemberian adok didasarkan pada Clan atau mengikuti garis keturunan sang Ayah.
Dalam masyarakat Lampung, seorang penyandang adok disebut penyimbang. Penyimbang atau tetua adat di jurai sebatin membawahi beberapa penyimbang dibawahnya atau biasa juga disebut jakhu suku. Jakhu suku inilah yang membawahi langsung masyarakat umum yang disebut Makhga (marga) atau Kebuayan.

Adapun Hirarki atau tingkatan adok para penyimbang di jurai sebatin (dari tertinggi hingga terendah) adalah sbb:
-suntan / pangikhan /dalom.
-khaja / dipati.
-batin.
-khadin.
-minak.
-kimmas.
-mas / itton.

(@Diandra natakembahang poerba)
Kemudian masyarakat umum atau masyarakat tanpa adok yang disebut makhga atau kebuayan.

Karena didasarkan pada garis keturunan, seseorang yang bergelar pangikhan (suntan) atau dalom, akan di gantikan oleh keturunan nya. (anak tertua laki-laki) sebagai penyimbang berikut nya. dan begitu seterusnya. Jadi pemberian gelar atau adok ini bukan dilihat dari tingkatan sosial, ekonomi, penampilan atau kekuasaan dan jabatan seseorang.
Inilah, kenapa menurut saya Adok atau Gelar di Lampung adalah Agung dan Sakral..

Namun, akhir2 ini di Lampung seakan 'latah' dg sering dan banyaknya acara pemberian gelar yang dalam bahasa Lampung, disebut 'butetah'- ini.
Sebut saja yang terbaru, adalah pemberian adok kepada Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan di Kota Agung Tanggamus. (pada Sabtu, 17.des.2011, silam)
Pemberian adok atau gelar ini diberikan oleh MPAL (Majelis Penyimbang Adat Lampung) kabupaten Tanggamus, karena sang menteri dinilai telah memberikan kontribusi yang besar thd pelestarian hutan di propinsi Lampung.
Dan tidak tanggung-tanggung, sang Menteri yang juga putra daerah tsb menerima gelar kehormatan 'pangeran'. atau lengkapnya, 'pangeran cagar buana'.
Bersama beliau juga disematkan gelar 'pangeran', kepada SetKab Tanggamus dan seorang anggota DPD RI. tentunya, juga kepada ketiga pasangan masing-masing yang mulai saat itu bergelar ratu.

Pada hirarki di atas, jelas terlihat bahwa seorang pangeran (suntan) atau dalom membawahi beberapa khaja, batin-batin dan juga memiliki anak makhga atau kebuayan. lalu pertanyaan nya, siapa khaja2 dan makhga dari pangeran cagar buana..??
Agak aneh dan lucu menurut saya karena 'pemberian adok' tsb justru dilakukan oleh jurai saibatin.

Kendati hanya dihadiri oleh penyimbang adat dari 5 marga (gunung alip, belunguh, benawang, pematang sawa dan marga ngarip), bagi pemerintah, ini tentunya tidak akan mengurangi keabsahan dari gelar pangeran tsb.
Menurut ketua MPAL Tanggamus, 'pemberian adok ini bermakna mengangkat saudara' atau bagi sebagian orang hanya di anggap sbg gelar kehormatan'.
Saya justru bertanya., 'tidak cukupkah pemberian adok kimmas atau mas saja..?
Apakah dg pemberian adok kimmas atau mas kepada 'penyimbang dadakan' ini akan mengurangi rasa hormat dan bangga dari jurai sebatin utama nya di Tanggamus..?
Seorang penyimbang tentunya harus mendapat pengakuan dari semua marga dan kebuayan yang dipimpin nya.
Sebaliknya, seorang penyimbang harus berbangga dg penuh keikhlasan menjadikan dirinya seorang penyimbang adat.
Apalah arti sebuah piagam penyimbang tersematkan, namun hanya menjadi hiasan dinding di ruang makan, tanpa makna..

Orang-orang diluar Lampung mungkin akan maklum ketika seseorang mendapatkan gelar pangeran. Dalam benak mereka, seorang Raja bisa saja memberikan gelar kepada figur yang di anggap berjasa dalam karya-karya nya demi kemajuan marga atau masyarakat.
Tapi di Lampung tidaklah sama. Pada hirarki lampung, suntan (pangikhan) atau dalom adalah penyimbang tertinggi. Bukan Raja, seperti di daerah lain.
Ketika ini menjadi sebuah 'pemakluman' oleh orang-orang diluar Lampung, maka menurut saya, inilah yg akan mengecilkan arti, keagungan, dan kesakralan budaya Lampung itu sendiri.

Seorang Gubernur tidak seharusnya merangkap penyimbang adat. Dikhawatirkan akan terjadi tumpang tindih kebijakan yg berhubungan dg adat istiadat. Penyimbang adat harus menjadi central control adat, tanpa di campuri kepentingan dan kekuasaan.

Saya lalu sedikit berangan-angan dan berikhlas ria, seandainya gelar atau adok pangikhan disematkan kepada salah seorang 'sesepuh' di desa Cikoneng kecamatan Anyer kabupaten Serang Banten (pekon pak).
Persahabatan dan kemuakhian antara Cikoneng dan Lampung yg sudah berjalan lebih dari 400 tahun, dan masyarakat Cikoneng yg bangga mengaku bagian dari Lampung adalah salah satu alasan saya., kenapa Lampung Cikoneng 'sunnah' mempunyai seorang pangikhan.
Ini di buktikan dg masih dipakai nya budaya, bahasa dan adat istiadat di daerah majemuk tersebut.

TABIK..

WAYAK :"PAHIK"

Takhu di anjung lunik.
Tesetik di las bani.
Buhatok sikhap ngelik.
Kuyung jadi sassai ni.

Gelakhni anjung khupik.
Ya kamar ya dapukhni.
Pedom bupiyu abik.
Bubantal kakhung guni.

Ngeguwai kebun cutik.
Hulun moneh kedau ni.
Buwah ampai kemutik.
Lagi tangih musim ni.

Ninggalko pekon khamik.
Anak, kajong puwakhi.
Butahun lamban tippik.
Mati malang mu dikhi.

Dunia khasa pelik.
Hiyon dawah debingi.
Pak sai mawat ngedok khik.
Nunggal bukhani-khani.

Uyah, cabi tenggikhik.
Emmi tenghandop nambi.
Inuman kupi pahik.
Tangih ngedok suwani.

Kelalah di penganik.
Masa paceklik bani.
Mekhayang halom kulik.
Khambak hiwang lom hati.

Sallan kok haga hukhik.
Nyepok sekhok bah jami.
Haga nungga say bangik.
Induh kapan masani.

Lain ki Nyak sebinjik.
Busuya di Ilahi.
Nyusuk lom pullan sakik.
Ya Allahhu ya Robbi.

Tabikpun..
Bekasi, Juni 2012

wayak: "PUKAKAMBANG"

Bekhak ni tanoh Lampung.
Lain cekhita hada.
Labung kedok mak nudung.
Kulapahi, ki saka.

Tanggamus kuta Agung.
Ninggam teluk semaka.
Ukhung kita pubandung.
Mak nihan ku khekhaba.

Bulayakh pai do jukung.
Bulabuh di Tekhbaya.
Kidang janjimu ukhung.
Nyani hatiku suya.

Ngejala di pehabung.
Ngelawai di humakha.
Ganta nyak tepik nanggung.
Niku induh dipayya.

Bunyi talakekhumung.
Di tekhuggak Menggala.
Nyak tekhai kinjuk labung.
Khaccit ni mak sepikha.

Habang do niku bukhung.
Nyalai dunggak kelapa.
Sumpahmu dek, sebuhung.
Nyak disani tidaya.

Bu abik batik kappung.
Akkos hinjang cempaka.
Janji mu mak sepegung.
Ngegetas pakhi hapa.

Tanjung jati bah gunung.
Kappung bakhu di doh na.
Cakak jung mak budayung.
Pukakambang gelakh na.

Tabikpun..
Bekasi, Juni 2012

Jumat, 01 Juni 2012

wayak: "PAKAI NI BAKAL"

Bismillah pay muaq ni.
Tabikpun ngalimpukha.
Ajo wayak kusani.
Pakai kham sanga Makhga.

Kutuju ko mid kuti.
Say tuha khik say ngukha.
Say wat niat di hati.
Jadi pemimpin Makhga.

Kantu nyomokh Bupati.
Gubernur, Camat pukha.
Caleg D.P.R-RI.
Presiden, Walikota.

Bulatko dilom hati.
Helau niat khencaka.
Ki niat mak sebudi.
Kalau ni dukung Makhga.

Sapa ya kuti Wakhi.
Say niat jadi jamma.
Kah lehot ku di kuti.
Majuko Anak makhga.

Jak ipa ya asal ni.
Jak Pepadun umpama.
Sebatin juga ngasi.
Asal Lampung judul na.

Khedik jama Ilahi.
Sumbah jama say tuha.
Kalau tulus menjadi.
Sikindua bu du'a.

Kanah ki kuti jadi.
Ingok do di say kuasa.
Lukhus-lukhus ko hati.
Dang sampai kena guda.

Dunia kasakh bani.
Guda'an dipa ipa.
Kekala khupa Muli.
Atau amplop khik banda..


**
Tilah senang di hati.
Ki Lampung goh kedua.
Sunyin anak negekhi.
Lapah, sai ko suakha.

Kaban puakhi tani.
Sunyin ni Mahasiswa.
Say Dagang, Supir, Kuli.
Lapah dukung jejama.

Pilih do, say pastiti.
Dang pilih sembekhana.
Ulih ulang lajuni.
Pagun khugi di kita.

Kanah ki tian jadi.
Dang lamon cela wada.
Kham ti dukung program ni.
Halok wajib hukum na.

Kidang ki ya korupsi.
Pilih kasih di makhga.
Ku khasa mak salah ni.
Jejama ngingok ko ya.

Payu khanno puakhi.
Wayak kham antak ija.
Kekalau wat guna ni.
Alhamdu, puput cawa.

Tabikpun...

Hendrik semaka.

wayak: "GIMBAK TANOH UNGGAK"

oleh Hendrik Semaka pada 14 Mei 2012 pukul 18:29 ·
Ingok kala dinana.
Tahun sembilan empat.
Mawat tinyana-nyana.
Kukuk di Lampung Bakhat.

Bela sang Buway makhga.
Lamon say mak selamat.
Jak upi togok tuha.
Unyin ummat Muhammad.

Tepat di kota Liwa.
Bumi bugimbak hebat.
Bangunan lamban khata.
Dunia goh kiamat.

Tengah bingi puasa.
Khatong mak makai pakat.
Ujian say kuasa.
Sekedau sunyin jagad.

Wat sanga lamban tuha.
Pak sai, mawat selamat.
Melamon say binasa.
Hukhik kidang sekakhat.

Ngedudu sanga kaban.
Miwang buganti-ganti.
Mak mingan setulungan.
Budu'a dillom hati.

Mayit mak keculu'an.
Khawang dija khek dudi.
Lamon mak kehaluan.
Lebon bukhani-khani.

Anak makhga jukhagan.
Sesippo'an puwakhi.
Tanoman, gegaduhan.
Bella ni telon bumi.

Uwat do say mekhawan.
Munyai juga badan ni.
Tukhun ya ngekhanyaman.
Ina Bapak mak lagi.

Khanno do ki ujian.
Tuhan jama hamba-ni.
Semapu di cuba'an.
Musibah lamon khinci.

Kantu kuat ko iman.
Jama Ilahi Robbi.
Lain ano hukuman.
Kenyin kham ngaji dikhi..


Tabikpun...
Bekasi 14 mei 2012.

"SEBAMBANGAN, bukan KAWIN LARI..!!"

oleh Hendri Semaka pada 29 Juli 2010 pukul 21:59 ·
  • Salah satu adat budaya yang di miliki Lampung adalah 'sebambangan'.Sebambangan atau seringkali disebut larian adalah: suatu adat yang mengatur pelarian seorang gadis (muly) oleh seorang bujang (mekhanai), kerumah kepala KUA (penghulu) atau kerumah kepala desa (kepala pekon), untuk meminta persetujuan dari orang tua dan keluarga besar si gadis.(Dahulu, sang bujang melarikan si gadis kerumah pemangku adat sang bujang. (Raja / saibatin) dari sang bujang).
  • Tujuannya adalah agar kedua belah fihak (gadis dan bujang) melakukan musyawarah, sehingga tercapai kesepakatan atau persetujuan antara kedua belah fihak.Atau dengan kata lain, agar perkawinan yang akan dilangsungkan kedua sejoli, mendapat restu dari orang tua, sebelum mereka melangsungkan akad nikah.
  • Sebambangan dilakukan apabila orang tua seorang gadis tidak menyetujui hubungan kasih anaknya dengan seorang bujang.Tidak setujunya orang tua si gadis, biasanya disebabkan berbagai faktor. Misalnya perbedaan dalam status adat, ekonomi, atau sosial. Atau juga dikarenakan perbedaan garis keturunan. (Anak sulung (anak tuha) dan anak bungsu (anak pussu). maka dari itu, tidak ada istilah kawin paksa dalam suku Lampung. bujang gadis akan 'memanfaatkan' sebambangan, apabila pilihan nya tidak mendapat restu orang tua.. atau pilihan orang tua tidak sesuai dengan kehendak hati..       jadi jelaslah, bahwa sebenarnya sebambangan bukan di dasari cinta harta atau cinta strata, melainkan di dasari cinta sejati dari hati bujang dan gadis.
  • Meski tidak ada hukum tertulis, sebambangan mempunyai beberapa syarat. Sehingga kedua sejoli yang sebambangan tidak mendapatkan larangan dan pemangku adat atau penyimbang adat bersedia menerima keduanya untuk melakukan musyawarah dengan fihak keluarga. Syarat atau ketentuan tsb antara lain: si gadis dan bujang telah dewasa, tidak dalam status menikah, tidak melanggar hukum, (tidak sedang menjalani proses hukuman), saling sayang dan cinta mencintai, serta siap berumah tangga (bulamban).
  • Disamping itu, ada juga syarat2 tertentu yang harus dijalani sebelum kedua sejoli sebambangan, antara lain; Si gadis harus menaruh surat untuk kedua orang tuanya. (biasanya ditaruh ditempat tidur sang gadis), Menyertakan sejumlah uang 'pengiluan' bersama surat, yang diminta sigadis kepada sang bujang, Si gadis harus mempunyai 'teman gadis' yang menyertai nya pada saat sebambangan, yang disebut 'penakau'.Setelah si gadis berada dirumah pemangku adat (penyimbang adat), Maka keamanan dan keselamatan si gadis adalah sepenuhnya menjadi tanggung jawab keluarga sang bujang.Selama itu juga Keluarga si gadis tidak berhak dan tidak diperbolehkan mengganggu kedua sejoli.
  • kemudian keluarga bujang akan mengutus dua orang bujang atau laki-laki kerumah sang gadis, yang disebut penekhangan. tujuan nya adalah memberi tahu kepada fihak keluarga sang gadis, bahwa benar anak mereka telah sebambangan.
  • selang beberapa hari, keluarga sang gadis akan mengutus orang kerumah sang bujang, untuk menanyakan kesungguhan dari sang gadis, ini disebut nutul hasok. pada saat nutul hasok, bisa saja sang gadis membatalkan pernikahan. jika dia merasa ditipu oleh sang bujang misalnya. atau ada hal-hal yang tidak sesuai dengan kata-kata atau janji sang bujang, sebelum nya.
  • setelah itu semua, barulah kedua keluarga bermusyawarah mengenai kapan, dimana dan bagaimana proses pernikahan yang akan dilangsungkan. dibicarakan juga berbagai persyaratan adat dalam resepsi yang disebut tayuh atau semaya, misalnya besarnya pengiluan, sesan atau daw serta status kedua sejoli, metudau atau semanda.
  • Secara harfiah dan tata caranya, jelas sekali; 'sebambangan' adalah 'sangat berbeda' dengan kawin lari..!Sebambangan hanyalah suatu proses membawa gadis (secara rahasia) kerumah pemangku adat, agar terjadi musyawarah, sebelum akad nikah. dan bukan melarikan si gadis untuk di nikahi tanpa persetujuan kedua orang tua.
Meskipun berbeda istilah; sebambangan, juga dikenal diluar lampung. Seperti dikepulauan nusa tenggara (lombok dsk), disebagian daerah sumatera selatan, (tepatnya didaerah muara enim, pagaralam bagian utara, dan daerah ogan komering ilir). didaerah tsb, sebambangan disebut 'bergubalan' atau 'belaghian'.
'sebambangan'...? Why not..!!


Bekasi, 29 Juli 2010.

Hendri Semaka
Tabikpuun..

wayak: SEBAMBANGAN"

oleh Hendri Semaka pada 30 Juli 2010 pukul 10:31 ·
Ajo sukhat ku emak
Kutuju ko mid kuti
Ajo sukhat ku bapak
Mahap ko pay nyak lawi

Ku pik ko dibah battal
Sakking mak bani hati
Lain anakmu nyikkal
Pilih mak mundukh lagi

Khadu mindua bakha
Mak payu hani kuti
Abangku anak ngukha
Kutti mak khilau hati

Bukundang sikam abang
Lain kah bebuhungan
Sakik tagan kusandang
Sikam lapah bambangan

Ajo wat 'pengluahan'
Balaq ni mak sepikha
Nyak ngilu kekhila'an
Bulamban nyak jama ya

Lain ki nyak mak sayang
Jama kuti sang lamban
Di hati mak do bimbang
Nattu ko kelajuan

Lain hati mak sakik
Ninggal ko adik nakan
Kidang haga khappa pik
Khadu tulis ni Tuhan

Cutik sukhat ku kakhang
Nuju mid kuti lawi
Kutulis dalih miwang
Selossokan dihati

Khadu sampai juduku
Ganta nyak bulapahan
'Penakau' khadu nunggu
Kussiku 'sebambangan'

'..BERANGKAAAT...!!!'


bekasi, juli 2010.
tabikpun..

Sabtu, 05 Mei 2012

CerBun: "PENGILU NI AJJONG"

Khadu setahun mak mulang pekon, nyaniko jippang ni cukut ku mak mingan legoh. Mawat ki nyak tegakh. buhung moneh ki nyak hambokh, dibbah jak mubil jurusan Bakau Heni-Kota Agung. Tikham di unyin tiyan dilamban. Emmak, Bak, Udo, dalih Ajjongku..
Kipak Udo jak nyilau Nyak di sebekhang, kidang khadu pitu bulan say liwat. Khadu tikham jama petuah dalih awak ni Udo.
Nyak ingok bulan khuwah say liwat, Udo ngebalos smsku: 'cengeng..!'. 'ija gelluk mulang, nyin niku sunat moloh..'
padahal nyak ikah sms: 'mak sabakh, nunggu bulan syawal..'
ha.haa.. Sms na Udo, konyol kidang mendidik. Hinnolah say nyaniko Udo 'kawan sekaligus lawan' ku di lamban..
Alhamdulillaah mulang lebakhan munyai, khik mingan bupedatong jama Emmak, Bak, khik Ajjong.
Udo, sengaja mak ku pedatongi injuk lebakhan tahun say liwat. Tagan, nunggu pengilu na gawoh.
Pekhnah tumbay kupedatongi kawai helau. Udo malah ngelelaju: 'tihakhiko, kak haga moloh mid Jawa, ngegadaiko Hp'.
Nyaniko kelalangan bingian takbiran lebakhan dinana. Semula jak sayya, mak lagi kupedatongi. Bacak nunggu ia cawa. Sukukh ki ia bupungatu di-Nyak.
Sejakh Nyak di atas angin. ha.haa...

*seminggu say liwat, sekhadu jak bagi THR, lain hinjang atau ketupung say kubeli.
Sekhadu jak ATM, Nyak langsung mid toko alat rumah tangga, ngebeli batre atau senter say balak pakaina Ajjong..
'nyin tekhang, kak haga benyulu subuh di sumukh..' Hinno alasan na Ajjong. Cawa, lebakhan tahun say liwat.

*Khadu jak semahapan, Nyak langsung mandi di kudan. Kekhasa iyos ni uway sumukh sanian na Among almarhum.
Suakha takbir khadu ketengisan anjak mesigid khik sukhau di pekon.
Udo, khadu lapah takbiran pujama indai ni.
Khadu jak balin khik mengan, nyak langsung ngakuk tas jinjing say pagun tekhogok di gekhil lemakhi di khedik mija tv.
Bak mejong di sofa. Mak benni Emmak luwah jak dapukh ngebatok uway kupi dalih gukhing hubi kedemonan ku.
Ajjong pagun mejjong di ilat jak katti nyak togok menggekhib kakhu..
Kubukak resleting na sambil Nyak senyum2 haguk tiyan.
'api ano wih,..?' Hani Bak dalih ngelunik ko suakha Tv.
'pedatong laah..' haku.
Kuluwahi sai-sai pedatong.
'ajo ketupung pakai na Bak'. Sambil nyak lapah ilung mija. Kuppik ko di gekhil ni pengajangan nginum.
'wah, massa jatah moneh, Bak. tekhima kasiih..' hani Bak dalih ngehikhus way kupi.
Nyak ikah senyum, moloh mid tas luwot.
Ku akuk hinjang say kubeli pakaina Emak.
'naa, ajo pakai na emak'. Kukeni ko di emak say mejong ujukh2 di gekhil na Ajjong.
'api wi, hak bupedatong juga. Mak usah kik duit na mawat..' hani emmak.
'aah, setahun pissan Mak..' haku.
Nyak takhu sekhabbok di gekhil na ajjong.
'Ajjong mak massa' Haku bugukhau.
'aah, mak api2. say penting niku munyai tuwah...' hani ajjong.
Nyak lalang.
'uwat jong, khusus pengilu ni Ajjong tahun say liwat..' Haku, sambil nyak moloh mid Tas. Kuakuk batre pakaina Ajjong. Kukhatongi ajjong.
'api wii, pedatong di Ajjong..?' hana Emak, penasaran.
'ajo ajjong, batre say balak so. Pakai na Ajjong kak haga mid sumukh, subuh'.
'owh, payu tuwah tekhima kasih' hana Ajjong sambil miwang. Sedih menok Ajjong miwang. Ditambah suakha takbir say kasakh khamik.
'mak api2, jong. Nyak kilu mahap, lebakhan say liwat mak laju kubeliko..'
Emak moneh miwang.
'acak kuti miwang lah Mak..? dalih Nyak ngelap luwoh, liyom di Bak say pagun mejong disofa.
'Batre no segok ko gawoh..'. 'Ajjong mu khadu mak menok lagi'. Hana Emmak.
'tawit Ajjongmu kik haga benyulu di sumukh...'
Nyak ikah tesondom, pagun miwang..

*Mak tekhasa, khadu pukul tellu subuh.
Khadu lima jam Nyak ikah pepedoman di kamar tenggalan..
Pepikha indai khatong kekikha jam sepuluh say liwat ngajak takbiran. Kidang mak kupayu ko.. Suakha Hp pepikha kali kebunyi, kutaganko..
Nyak ingok setahun say liwat. Bingi ketellu lebakhan. Pas Ajjong cawa kebelian batre...
'kik jimmoh mid pasakh, tulung beliko Ajjong batre say balak ya..' kilu na Ajjong.
'Ajjong kan khadu uwat batre,..' Haku.
'iya, kidang kukhang tekhang, lunik ga..'
Hani Ajjong.
Mak benni Hp ku kebunyi. Kuliak jak indai di duwakha dunggak.
'jadi mawat, jimmoh kham memidokhan mid Tekhbaya, so..?' suakha jak ujung Hp.
'owh, ya jadi. Jadi..!!' Haku mastiko khencaka sikam, memidokhan. Khadu jak basa basi, telp di tutup.
'iya Jong. Jimmoh kubelliko..' Haku dinana.

Kidang hinnolah say jadi habaku. Togok Nyak moloh mid Jawa, mak juga Ajjong ku beliko batre,..

*pukul 4 kukhang 10, menit, Suakha khangok ni Ajjong kebukak. nyani nyak sadar anjak lamunan setahun say liwat. Kubukak khangok kamarku pelegohan..
Kuliak Ajjong luwah jak kamar, ngekhaba2 di sassai..
Sangun kutunggu subuh pissan jo. Haga nawit Ajjong mid sumukh. Kidang cukut ku lemoh, tuwot ku mak butenaga.
Sedih, sesolan cappukh jadi sai.

"mahap ko uppumu, Ajjong...''


PUPUT.



note's:
>Dipepikha daerah, lebakhan disebut 'buka'.
>Sebagian sastrawan khik masyarakat, nulisko 'KH' makai 'GH' atau 'R'.


Bekasi, 07 februari 2012
Tabikpun..

Selasa, 01 Mei 2012

"SAJAK-SAJAK INDONESIA" (satu)

"RASAKAN..."

jangan pernah menunggu Aku berpuitis memuji kecantikan mu.
Aku juga tak akan mencoba seromantis Romeo,
lalu sesunggukan berharap cinta..
Dan memohon agar Kau tetap jadi bidadariku..

Cukuplah nafas yang tak berirama,
dan tatap mata penuh keliaran.

Rasakan...
Kemanakah cinta kusematkan...?

(Bekasi, 2008



"PAGI INI DI ONOSHI"

ini masih pagi..
Salju di beranda belum lah cair
meski butirnya tak lagi beterbangan..

Sayu mata menerobos daun jendela nan berembun
lalu tetes nya jatuh berarak satu persatu..

Ini masih terlalu pagi.
Tunas sakura masih jauh dari rantingnya.
Semua putih. Belum berwarna.
Telaga di tapal batas pun masih beku..

Ya, Tuhan...
Alangkah lama pagi ini berlalu.
Jenuh Aku dalam balutan dingin yang membekukan nadi.
Dipagi ini di Onoshi..

(Hyogoken- Japan, Januari 2005)



"LEBUR"

Telah kulebur sekat pemisah kita, menjadi tak berbekas
melumat satu persatu perbedaan nyata.

Abu-abu. Bukan lagi hitam dan putih..
Kubiarkan tanah leluhur ini jadi pijakan kaki angkuhmu.
Lebur, dalam satu bejana cinta..

Kini kita berdiri di tepian jurang pemisah..
Tandang mu dari seberang menyulam dusta.
Penghianat model engkau adalah racun.
Dan kelak akan kita minum bersama.

Kembalilah...!
Melebur dalam bejana kita..
Atau, kita mati binasa.

(Bekasi, januari 2011)


"RADIN INTAN-II"

Telah kau selipkan badik di pinggang.
Juga pedang berkarat yang telah bergerigi..
Bukti, ini bukan pertempuran pertama kali.

Pergilah, paduka radin..
Tanpa menunggu sang Ratu bertitah.
Atau perintah dari Raja di pesagi.

Karena Engkau telah menyimpan kesumat..
Membalaskan sakit hati anak negeri.
Melunaskan dendam para leluhur.

Karena, bukan hanya nyawa.
Bahkan raga mereka pun telah dipisahkan dari tanah bertuah ini.
Dibuang.
Jauh di negeri seberang...

(Lampung, 2009)


 "PERGI..."

Aku pernah kehabisan air mata karenamu
Pernah tertunduk berharap
Hilang akal karenamu..

Kukagumi engkau seperti kagumku kepada matahari.
Sejajar dengan purnama.
Seterang bintang, serupa pelangi...

Kini aku tersakiti.
Kata katamu menyayat hati.
Entah. Ada khilaf atau sayang mu tiada lagi.

Pergi.., kasih.
Jika kita tidak sejalan lagi
semoga aku mampu, mendapatkan lain hati.

Walau bukan esok. Mungkin tidak juga lusa.
Kunanti, hingga bayangmu pun sirna.

(Bekasi, januari 2012)




"HUJAN MALAM INI"

Larut masih pun jauh dari sarangnya.
Suara penyeru di surau-surau baru saja hilang dari daun telinga.
Malam ini masih muda.
Tapi begitu menakutkan..

Angin merobek keberanian.
Lalu timbul pengecut di ulu hati..
Butir air hujan bersetubuh bersama nya.
Menumbangkan pohon cengkih yang sebenarnya masih perkasa..

Lafadz pemuja berebut dengan butir air hujan yang meluncur dari angkasa.
Ya Tuhan..
Jauhkan lah kami dari bala.
Kendati kami memang berlumur dosa.

Ya Tuhan..
Hentikanlah secuil kekuasaan yang kau hadirkan malam ini.

Ya Tuhan..
Lihat lah kami.
Yang tergetar dari ubun-ubun hingga jemari kaki..

(Banten, nop' 2011)



"KUMPULAN BUKAN BINATANG"

Mereka. Kumpulan bukan binatang..
Yang mengais nasi di keranjang sampah.
Entah. Sisa manusia atau anjing manusia.

Di pagi buta berebut dengan cacing.
Di gelap sore berebut dengan belatung.

Hamburger seperempat.
Seperempat telur bulat.
Sesuap nasi tercampur kencing lalat dan taik tikus.

Makan..
Makan.
Rakus..
Bagi adil dengan anak nya.
Bagi adil dengan kaum nya.
Dengan neraca berbahan cinta...

Hamburger seperempat.
Seperempat telur bulat.

Ini sisa..
Ini sisa..
Sisa dari orang seperti manusia.
Yang sudah muntah.
Yg sudah terkenyang2.
Lalu dibuang di keranjang..

Mereka, kumpulan bukan binatang.
Datang lagi esok pagi.
Datang lagi esok petang.

Berharap hamburger seperempat.
Seperempat telur bulat.
Datang lagi..
Lagi..
Dan lagi..

(Bekasi, 15 maret 2012)

TABIK

wayak: "KELASA BULELIDUNG"

Injuk hanipi..
Khejeki ku bingi sinji mak tanggung-tanggung.
Puhayak muli batin.
Lom kelasa nyambai, ditayuh agung.
Kuliak niku Adik kahud.
Muli sikop, anak sebatin Kuta Agung.
Abang selang semintang.
Niku muli baya, senggayakh di lelidung.
Dakha helau khik waya wanggamu Adik.
Nyani kedengak, injuk patung.
Goh Cendrawasih.
Niku kinjuk ya bukhung.
Mata lunik, kulik handak, bu-ikhung mancung.
Bibikh mu suluh, buhinjang tapis.
Buwok mu halom kejung.
Haga kubaca kipak cutik.
Mammang ku, mak ki ukhung.
Tengeni na Tamong, di cukutni Gunung Seminung.
Kubaca jak jawoh.
Nyin niku gusakh, mak mingan hamma, khappa lindung.

Bingi jo dakha ngison, hani indai.
Kidang mak kukhasa, kipak diluwah labung.
Mehandop khayya lom kelasa.
Ditengah lapang, lamban panggung.
Dihak lom, dikhedik kebik.
Suakha rebana, tala kekhumung.
Muli mekhanai sesimbatan.
Lagu ni lawi Ibung.
Lalang waya, bu ikhing takhi.
Di seling suakha gamolan pekhing, dalih gung.
Jak ipa-ipa muli mekhanai khatong.
Kukhasa ikah kita khua sai tehambung.
Jak selekhmu nyak pandai.
Khasa gekhing khasa kahud, khatong lijung.
Bupapenyin telaju hanggum.
Ngeliak nyak bukatupung tapis, bulipat hinjang tajung.


Tulung cawako kahud, api do pengilu mu.
Khepong tupak, kebau-jawi, api jukung.
Pakhi dakhak, kebun lada, apikah sawi jabung.
Ki hellu ni kilu, tagan usung kok lesung.
Hulun tuhaku, kahud.
Khadu jak nanok, busakhangan, nutu gelepung.
Ngegaduh manuk, ngandan semuli, khik siwok khua kakhung.
Cawako pai Adik, di Pak Batin tiyan.
Abang setemon kahud, mak ki buhung.
Kulapahi kipak ya bela, isi ni lumbung.
Kuhata ko badan, najin ya badik mak bu-sakhung.

Kahud, kanak ki niku khadu makku.
Mid dipa ipa ku usungi tudung takung.
Haga mandi, sabun anduk mu tagan ku usung.
Mengan ku posok, gulai tangkil pajak tiyung.
Pedom mu kujaga, nyin lollok.
Kipak kham bupiyu kakhung...

(Bekasi, 13 maret 2012)
Hendrik Semaka.

"SAJAK-SAJAK LAMPUNG" (satu)

"PUSANG"

Bulung. Khadu mak ngedok tiyak ni imbun.
Kinandi imbun pakai kham nginum.
Tunas. Khadu mesaka jadi kepunggukh.
Padahal jak tunas kham mingan mujuk.
Pucuk. Khadu benni jadi keliang.
Najin pucuk, suwa kham mengan.
Hihhuk bukhubah jadi hasok.
Tanoh mak bu-Litak.
Kekhing.
Segaga haguk sikhing...
Kham juga gegoh,.
Seha-henna bujegol.
Pusang...!

(Bekasi, 25 febr 2012)




"MALIH...'

Nyak pekhnah bela luwoh andahmu.
Pekhnah tesondom nyak bupungatu.
Lebon hakal ulihmu.
Kuhanggumi niku, goh hanggumku di matakhani..
Sejajakh haguk bakha..
Setekhang bittang,. Sekhupa jama sekhunih.
Tanno Nyak ni sakik kon.
Cawamu nyayak hati.
Induh, wat pusenggikhi.
Api sangun gekhing mu mak lagi..?
Malih, kundang..
Ki kita mak setiti.
Ngakalau nyak dapok, nyippok say bakhih hati.
Kipak mak jimmoh.
Halok mawat ki sawai.
Ku penahko. Togok lebon kok halinumu..

(Banten, Jan 2012)



"MUNGKIKH"

Putit puwok khadu kakhi mulang.
Bakha moneh khadu kepellok lapahan.
Meliyom nyak haguk cecikhik.,
Khadu induh pikha jam nunggu niku..
Kutata di khelom bingi; acak niku mak khatong..?
Ia, digok.
Kulih-ulih haguk bittang.
Menapi kundangku mungkikh..?
Tiyan mak pandai.
Kutanya jama kaban hampulap.
Tiyan ngehamma dalih lijung.
Kundang...,
dipa janjimu haga khatong..
Ngusung tikham bubekom-bekom.
Ngebatok khindu bubilang-bilang.
Mak kunyana, niku mungkikh di janji.
Nyani kahudku lebon.
Nibatok angin bingi...

(Bekasi, 28 febr 2011)





"TANOH KHAM"

Ajo tanoh Lampung.
Bukuta mammang khik du'a.
Tanoh tenglangikh ni malaikat..
Ajo tanoh butuwah.
Lain tanoh butulah..
Ajo tanoh gumbu.
Lain tengilu astawa tenghalu..
Ajo tanoh kekhamat.
Api say mawat..?

Ditanoh jo tanno.
Mak lagi ngedok 'sikam'.
Ditanoh jo tanno.
'kutti' mak lagi.
Ditanoh jo tanno,
say uwat adalah 'kham..'

Lapah jejama..
Dang ngesai kibabah, kidang hati mak titatah.
Ngesai ki cawa, kidang khua di kahaga.
Jak unggak, jak doh, kikhi khik kanan..
Hinnolah kham.
Bida warna, semapu khupa, hinnolah kita.

Mak mingan kodo..?
Kham mengan senga pelambakhan.
Sangakebun kham budakhak.
Sang kelasa kham buguwai..

Khadu'i pay, nebekang culuk.
Puhahejak, putunjuk-tunjuk.
Ngapulaju, pudaku-daku..

Ditanoh jo tanno, mak ngedok lagi 'sikam'.
Ditanoh jo tanno, 'kutti' juga mak lagi.
Ditanoh jo tanno, say uwat adalah 'kham..'
Tanoh Lampung, tanoh kham..!

(Bekasi, 27 febr 2012)




"BUDAYA KITA, GOH PULLAN TUHA"

Khepong tumbay khadu jadi pullan tuha.
Mesaka Nyak tejajau
dipullan say mak lagi bukuta.
Di kayu-kayu si bakakni cuwak khanggak.
Di wayit-wayit ngelik say ngelillik.

Khepong tumbay khadu jadi pullan tuha.
Tangih haga ngunduh buah say mesak.
Kok say ngukha mak sepikha.
Say putik juga bilangni cutik.
Bella hakhap ku di pesi. ulih pesi juga gulik mati..

Budaya kita, pullan tuha.
Mak pandai nyak ngikha-ngikha.
Hippa tebu hippa tembiyu.
Api bidana lassak khik ketupak.
Induh, hippa pegaga hippa jukuk jaba.

Punyimbang, beliawan..
Pusikam say tumbay nyusuk bubukak dija.
Kidang, luyut kutti khuppok induh dipa.
Khadu lebon nitutup liyoh.
Pusikam say tumbay
negak kubu dija.
Kok penugungan ni khadu mak lagi.
Mesaka bella nikanik hani.
Pusikam say tumbay nyani pakkalan mandi.
Pancukh ni induh mak lagi.
Khadu lebon, ni tutup khakak khik jukuk teki.

Nyak tejajau, ku dudu mawat nimbal.
bu koddo jama sapa.
lapah ku ilung ipa.
Nyak tejajau, dipullan tuha..

Budaya kita goh pullan tuha.
Semapu tanoman tuwoh dija.
Khilako Nyak nangguh ngebukak ya.
Negak ko kubu pakai kham tehabu.
Kanah, kak khadu jadi khepong
kham mingan ngunduh, nganik jejama.
Kusani pakkalan kita luwot.
Najin pancukh ni kawokh ngukha.
Paling mawat, kham mingan nginum, mandi.
Dalih benyulu pujajama.

(Bekasi, 01 maret 2012)





'GUMAKHANG'

Nyak lain dekhuyyan pullan.
Lain semuli temekhom nambi.
Nyak biah diluppak sabah...
Kinjuk siakh, Nyak siakh bingi sehakhi.
Lain siakh ni pagi
lain moneh siakh ni debi.
Tangih haga siakh ni tegi khani..
Sikindua lain kebik astawa tengah lapang.
Jawoh umpama, kukkup ni penugungan.
Sikindua sakhangan dibah lamban..

Sikindua.,,
ikah tiyak di lawok bekhak.
Lain lubuk jengan mu mandi.
Lain mata wai sungimu sundai..
Umpama bakak, Nyak bakak khakak.
Lain tembiyu, lain bakak ni awi.
Tangih Nyak huwi, pakaimu nali...

Niat kubabai mak kebadanan.
Kutawit mak sejenganan.
Haga ku sumpik mak kedako'an.
Nyak puwok nenggakhah bulan.

(Bekasi, 14 maret 2012)





"HUMAKHA"

Haccong do niku kahud didasokh lawok.
Kusekhumahko, niat sikam bulamban di umang-umang bah kakhang.
Ku-kubukh ko hakhapan ku di henni handak bah batang bakhu.
Dang miwang kutti humbak..!
Cukup hapus luyut sikam di pesisikh mu jo.
Nyak mulang, nyippok humakha sumang..

Bekasi,07 April 2012.



"KANAH"

Kanah niku pandai, khappa kahudku.
Nyak mak mingan ngemuaq konna..

Lamon,,
lain cutik.
Ki kahudmu lamon kukhasa..
Dang niku cawa, kanah.
Banno pilih ku sumang..

Cawako tanno,,
kuwa na lagi hayu.
Semakkung bukhubah pikikhan ku.
Cawako ganta,,
kuwa nyak lagi dija.
Nunggu conggok khik hati khila..


Bekasi, 25 Desember 2009




tabikpun..
Hendrik Semaka


wayak: "MAK GANTA KAPAN LAGI''

Tabikpun ngalimpukha.
Jama kutti puakhi.
Ajo haga nyuakha.
Nyappaiko isi hati..

Budaya lampung kaya.
Melamon di khicci-ni.
Wayak, pattun segata.
Sekiman, adi-adi..

Najin kipak ya khiya.
Dakkung kham waya hati.
Mak setemon tijaga.
Ninggok lebon jak bumi..

Cawa ahli budaya.
Tibaca dija dudi.
Budaya kham ji ganta.
Hati tyan, 'mati suri'..

Budaya ni keduwa.
Kukhuk jak kanan-kikhi.
Lain angkah cekhita.
Ulih lamon bukti-ni..

Dang moneh putus asa.
Kipak khanno nyata-ni.
Lagi dapok ti gaga.
Asal kham ngemulai-ni..

Lapah kham indai kanca.
Jejama ngangon konni.
Kilain kham ji, sapa..?
Mak ganta, kapan lagi..?

Jama tiyan say tuha.
Punyimbang, dalih ahli.
Belajakh khik butanya.
Lapah kham ngemuak ni..

Lebon ko cela wada.
Budaya lamon khinci.
Ngebebalak ko haga.
Khadu mak zaman lagi..

Lampung kaya budaya.
Mak gegoh dija dudi.
Say penting kham nyemuka.
Dang lamon pusenggikhi..

Kuwa lagi mengukha.
Lagi calak khik bani.
Sani guwai say nyata.
Mid dipayya ilung ni..

Semapu di budaya.
Lapah kham pelajakhi.
Mak paham kham segata.
Lapah, belajakh takhi...

Piccak khakot, bedana.
Sekura moneh ngasi.
Mak pandai di unyinna.
Cawa lampung, goh jadi..

Jejama kham bu du'a.
Kalau tulus menjadi.
Budaya kham melana.
Togok di umpu nanti..

Dang sappai jadi haba.
Budaya kham mak lagi.
Ikah guwai cekhita.
Pengattak buhanipi..

Khadu pay antak ija.
Cawa isi ni hati.
Tabikpun sikindua.
Jama kutti sunyinni..


Bekasi, 10 jan 2012
Hendri Semaka.

Minggu, 22 April 2012

cerbun:”PENAHAN DI BATU BALAI”

*
Khadu induh kebilang na, Zaki nyilikhan mid jam tangan Tissot say nandok di culuk kikhi na..
Pudak handak khik tanggom na bukhubah ngebekhucut dalih makhah.
Khadu telu jam Zaki bupawai di siakh ni matakhani say mulai ngehandopkon ubun-ubun.
Mejong di batu kakhang, ngehayak lawok di pesisikh batu balai.
Umang-umang lelapahan di hantakha cukutni sai basoh andahni way lawok.
Khukuk say pegung di jakhi kanan geluk bella ni sebu angin say khatong jak tengah lawok..

**
Semapu pikikhan ni Zaki campukh aduk. Sabakh menah, buhakhap, nyuwoh khik makhah jadi sai.
Jak jam walu mehayu ia nunggu kekhatongan ni Dila.
Muli say ni kenal liwat 'sahabat pena' di Majalah Budaya Lampung.
Khadu pitu bulan tian butunang khik bukundang.
Najin kung pekhnah putungga,. Tian khua khadu kenal nihan.
Bucekhita, setanya kabakh dalih bujanji haga setemonan.
Unggal minggu tian khua sekikhiman sukhat. Bukikhim photo, wayak, dalih puisi-puisi khik segata Bahasa Lampung.
Pitu bulan nikhasa tian khadu cukup haga setungga'an kebian jo di Batu balai.
Pantai say kecah dalih helau mak jawoh anjak pantai Tekhbaya Kota Agung..
Setunggaan khani hinji khadu dipakati tian jak jawoh hakhi.
Disukhat say di tekhima Zaki nambi, tian khadu sepakat jengan ni, jam pikha, khik kawai api say haga nipakai tian khua. Kipak mekhisok bukikhim photo, kidang tian khuwa makkung wat pekhnah putungga kipak sekali.
Kidang nyatani Dila mak khatong. Lebon hakhapan ni Zaki haga bukundang setemonan togok bulambanan, sesuai janji ni tian khua.
 
Ganta khadu bela sabakh ni Zaki.
Minjak Ia, jak hejong ni. Nguttaiko sepatu say sabakh ngekhi'i iya anjak mehayu..
Mulang. Ninggal ko luyut di heni handak, khik hakhapan say khadu puput.
Sambil lapah ilung khang parkir motor, ia ingok jama Imron. Indai say sebingi cawa haguk iya.
"kihaku, dang lamon ga buhakhap, niku Tek. Dila no, kan ikah kenal liwat sukhat. Yaa.., Kidang kekalau ia khatong nungga'i niku jimmoh.." khanno hana Imron
Temon moneh, ganta hancukh unyin hakhapan..*

Sekhadu jak bubalah sekhabbok haguk tukang parkir, Zaki langsung nge-gas motor ni kincong.
Jak suakha motor ni, muli mekhanai say memidokhan kebian no pandai, sekedau ni lagi mak bangik hati. Ngebut.. luwah Jak pantai Batu balai.

*
Diperumnas Kemiling tanjung karang, mak jawoh anjak Terminal...
Bendera kuning anjak kekhtas dipasang di tengabbah khik khelaya nuju mid lamban say khekhada balak anjak say bakhih.
Bebai-bebai tuha ngukha, walawikhi ngusung cepun bututup sebekhah.
Tarub khik kubu khadu mesaka budikhi.
Kekhanda moneh khadu dikhatongkon anjak mesigid.
Pepikha khagah bukatupung ngobrol setengah sesiahan di gekhilan lamban...
"kasihan moneh Pak Balak tian ya mamak.."
"Anak hahana.., dipa ampai khua bulan anjak wisuda..". Hani Ahmad.
"yaaa., mak nyangka.."
"Haga kejung hiwang khek batuy ni tiyan"
Timbalni khagah say di ukhau mamak..
Haji Ishak, say lamban ni lalat khua anjak lamban say kecadangan, mak benni nimbal..
"iya. Khannolah umukh. Kipak say mak Kham pandai, kapan ya khatong.."
"semula kham harus selalu ingok di mati."
"hinnolah maksud ni kham kumpul dalih takziah kebian ji.."
Pepikha khagah say nengisko ni conggok-conggok. Tanda setuju..

Dilom lamban, hiwang bubisok mak setakhuan. Pepikha jamma mejong, ngaji yaasin khik budu'a ngelilingi mayit say khadu di bungkus kain kafan..

"ya Allah, khappa lah Minan,.. Semula bang injuk kheji..??"
Hani bebai ngukha butanya jama bebai kekikha umukh pak ngepuluh tahunan, say mak setakhuan miwang ngehayak mayit..
"induh, Nakan..? Menapi bang injuk khajjo nasip sikam Mamakmu..,"
 
Lelegohan, iya bucekhita dalih bubisok...
"sekhadu sikam jak ngekhappokh bakhong, jam walu pagi jinna ia balin. Jak sebingi so ia nangguh, haga memidokhan mid Batu balai.."
"Muaq ni mak tikeni. Kidang kupikikh sikam Mamak mu, appai muaq na hijjo ia nangguh memidokhan katti na kuliah. Semula ku khila ko sikam iya lapah..."
"Mamakmu kok say manas ko motor na, semangkung ia lapah"
Hani bebay hinno sambil ngelap luwoh..
"kidang mak kusangka nakan.."
"kung genok sejam ia lapah, sikam di telpon Pelisi. Nyawako ia mak lagi, kecelakaan.."
"yaa Allah, anak ku Dila..., niku mak lagi kahuud.."
Hana emak na Dila sambil musau pusau culuk ni say khadu sedakop dibungkus kafan...
Sementakha Bapak ni kelia'an bunjak tabah jak say bakhih
Mak setakhuan ia istikhfar, sambil kekala menok photo say nandok di sesai lamban..

***
khannolah..., gakhis ni Tuhan.
Janji ni Dila jama Zaki, haga setungga'an, kah mingan ni tepati togok khelaya, mak jawoh anjak lamban ni..
Sementakha nyuwoh khik suya ni Zaki mak bakal bella.
Bakhong jama puput na, penahan ni Zaki di Batu balai...

PUPUT.
Bekasi, 26 maret 2012
Hendri semaka.

wayak: ''BANGIK’’ (ki khayya juga)

Ku khasa sangun bangik.
Ki lagi ketattangan.
Najin di kubu khupik.
Kidang lapang angonan.

Anjak lagi kemutik.
Sangun khadu ti andan.
Buguwai mak sebinjik.
Kelabung kepanasan.

Kinandi nahun cutik.
Kidang buwah lumayan.
Khega cakak mid langik.
Gedah ni kemujukhan.

Nambi badan ngelikkik
Tuppak tangi tenggalan
Handop Hati khik kulik
Duit kedol bah sullan

Lamon inday khik kantik
Manjau mak setakhuwan
Angkon ketutuk samik
Ulih kham lagi khawan

Seunyin ni sekelik.
Khanno do pengakuan.
Say jawoh kasakh khedik.
Jak nyuwoh, setaguan.

Kelalah duwit lunik.
Payah nyepok khibuan.
Bumacom khang na tippik.
Khadu mak ka ingo'an.

Cukup sunyin penganik.
Kilagi telu bulan.
Pekakas sekhba betik.
Nutuk model khik zaman.

Hanjak inggoman nyuwik
Khayoh kecah tengandan
Lupa kok candung kawik
Tekhinat di gekhilan

Mak lagi ngupi pahik.
Semapu di kani'an.
Bugulai daging kitik.
Lupa di bebulungan.

Kebelli hinjang abik.
Gatti kawai balinan.
Nguwat ko say mak ngemik.
Nekan ko pekhetto'an.

Debingi kukhuk kebik.
Dayit-ayit inggoman.
Anak say ngilik-ilik.
Kak khadu, se suppi'an.


Bekasi, 02 April 2012
 
Tabikpuun...

Hendri Semaka

Sabtu, 14 April 2012

Segata:’’BIYAH PINGGIKH WAY’’


Bulan induh kebilang.
Tahun nyak khadu lupa.
Kita khua mukundang.
Khadu benni hantakha.

Khadu benni hantakha.
Mangkung juga pubandung.
Lantakhan hulun tuha.
Yamula khasan ukhung.

Yamula khasan ukhung.
Say tuhamu ngehalang.
Ibakhat ni nyak jukung.
Bulayakh pukakambang.

Bulayakh pukakambang.
Mak nantu di hakhungan.
Angon ku ganta cadang.
Sakik ni punyandangan.

Sakik ni punyandangan.
Mak gegoh di keduwa.
Niku anak jukhagan.
Cukup segala-gala.

Cukup segala-gala.
Bangik segala guwai.
Niku kumbang cempaka.
Nyak biyah di pinggikh wai.

Nyak biyah di pinggikh wai.
Mak buguna diniku.
Mula say tuha khabai.
Ki judu kita temu.

Ki judu kita temu.
Lamon say khambak hiwang.
Yamula ni ki haku.
Bacak kita pulipang.

Bacak kita pulipang
Sepok judu say bakhih
Kekalau niku senang
Dang lagi nyak di liwih

Dang lagi nyak di liwih
Khadu pay kisay khadu
Mupuh luyut khekhunih
Khetiko pay andah mu


Bekasi, 14 April 2012

Tabikpun..

Hendri Semaka.

Minggu, 08 April 2012

wayak: "INDAI"

wayak: "INDAI"

oleh Hendri Semaka pada 6 April 2012 pukul 1:05 ·

Api kabakh mu indai.
Benni kita mak tungga.
Kekalau niku munyai.
Gegoh nyak dija ganta..

Ki ingok di mekhanai.
Lesoh angon kukhasa.
Asing iluk gumelai.
Niku santokh tabinta..

Ingok di zaman tumbai.
Bugukhau lalang waya.
Injuk mak ngedok khabai.
Dunia, mak kham khua..

Happang segala guwai.
Khugi mak jadi haba.
Tanda ni kita mindai.
Sepegungan khusia..

Nyippok iwa kham di wai.
Nyak jadi tukang jala.
Niku say jadi sakai.
Kak khadu kham cekhamma..

Kamar, goh salai tupai..
Semapu khawang bena.
Najin ya gulak galai.
Pedom kham lollok juga..

Lapah jejama pakai.
Ijah tian say tuha.
Belajakh kimak kelai.
Pubandung selama na..

Kantu jak nyak tikacai.
Dang sikhi, niku cawa.
Nyak lupa tulung tawai.
Dang sippon dilom dada..

Payu, du'a ku indai.
Jama Tuhan say kuasa.
Kekalau jimmoh sawai.
Kham mingan pujejama..

Kipak umukh mak pandai.
Induh kapan togok na.
Kekalau pakhda munyai.
Khanno hakhapan kita...


Tabikpun..

Bekasi, 05 april 2012

Hendri Semaka.