Selasa, 01 Mei 2012

"SAJAK-SAJAK INDONESIA" (satu)

"RASAKAN..."

jangan pernah menunggu Aku berpuitis memuji kecantikan mu.
Aku juga tak akan mencoba seromantis Romeo,
lalu sesunggukan berharap cinta..
Dan memohon agar Kau tetap jadi bidadariku..

Cukuplah nafas yang tak berirama,
dan tatap mata penuh keliaran.

Rasakan...
Kemanakah cinta kusematkan...?

(Bekasi, 2008



"PAGI INI DI ONOSHI"

ini masih pagi..
Salju di beranda belum lah cair
meski butirnya tak lagi beterbangan..

Sayu mata menerobos daun jendela nan berembun
lalu tetes nya jatuh berarak satu persatu..

Ini masih terlalu pagi.
Tunas sakura masih jauh dari rantingnya.
Semua putih. Belum berwarna.
Telaga di tapal batas pun masih beku..

Ya, Tuhan...
Alangkah lama pagi ini berlalu.
Jenuh Aku dalam balutan dingin yang membekukan nadi.
Dipagi ini di Onoshi..

(Hyogoken- Japan, Januari 2005)



"LEBUR"

Telah kulebur sekat pemisah kita, menjadi tak berbekas
melumat satu persatu perbedaan nyata.

Abu-abu. Bukan lagi hitam dan putih..
Kubiarkan tanah leluhur ini jadi pijakan kaki angkuhmu.
Lebur, dalam satu bejana cinta..

Kini kita berdiri di tepian jurang pemisah..
Tandang mu dari seberang menyulam dusta.
Penghianat model engkau adalah racun.
Dan kelak akan kita minum bersama.

Kembalilah...!
Melebur dalam bejana kita..
Atau, kita mati binasa.

(Bekasi, januari 2011)


"RADIN INTAN-II"

Telah kau selipkan badik di pinggang.
Juga pedang berkarat yang telah bergerigi..
Bukti, ini bukan pertempuran pertama kali.

Pergilah, paduka radin..
Tanpa menunggu sang Ratu bertitah.
Atau perintah dari Raja di pesagi.

Karena Engkau telah menyimpan kesumat..
Membalaskan sakit hati anak negeri.
Melunaskan dendam para leluhur.

Karena, bukan hanya nyawa.
Bahkan raga mereka pun telah dipisahkan dari tanah bertuah ini.
Dibuang.
Jauh di negeri seberang...

(Lampung, 2009)


 "PERGI..."

Aku pernah kehabisan air mata karenamu
Pernah tertunduk berharap
Hilang akal karenamu..

Kukagumi engkau seperti kagumku kepada matahari.
Sejajar dengan purnama.
Seterang bintang, serupa pelangi...

Kini aku tersakiti.
Kata katamu menyayat hati.
Entah. Ada khilaf atau sayang mu tiada lagi.

Pergi.., kasih.
Jika kita tidak sejalan lagi
semoga aku mampu, mendapatkan lain hati.

Walau bukan esok. Mungkin tidak juga lusa.
Kunanti, hingga bayangmu pun sirna.

(Bekasi, januari 2012)




"HUJAN MALAM INI"

Larut masih pun jauh dari sarangnya.
Suara penyeru di surau-surau baru saja hilang dari daun telinga.
Malam ini masih muda.
Tapi begitu menakutkan..

Angin merobek keberanian.
Lalu timbul pengecut di ulu hati..
Butir air hujan bersetubuh bersama nya.
Menumbangkan pohon cengkih yang sebenarnya masih perkasa..

Lafadz pemuja berebut dengan butir air hujan yang meluncur dari angkasa.
Ya Tuhan..
Jauhkan lah kami dari bala.
Kendati kami memang berlumur dosa.

Ya Tuhan..
Hentikanlah secuil kekuasaan yang kau hadirkan malam ini.

Ya Tuhan..
Lihat lah kami.
Yang tergetar dari ubun-ubun hingga jemari kaki..

(Banten, nop' 2011)



"KUMPULAN BUKAN BINATANG"

Mereka. Kumpulan bukan binatang..
Yang mengais nasi di keranjang sampah.
Entah. Sisa manusia atau anjing manusia.

Di pagi buta berebut dengan cacing.
Di gelap sore berebut dengan belatung.

Hamburger seperempat.
Seperempat telur bulat.
Sesuap nasi tercampur kencing lalat dan taik tikus.

Makan..
Makan.
Rakus..
Bagi adil dengan anak nya.
Bagi adil dengan kaum nya.
Dengan neraca berbahan cinta...

Hamburger seperempat.
Seperempat telur bulat.

Ini sisa..
Ini sisa..
Sisa dari orang seperti manusia.
Yang sudah muntah.
Yg sudah terkenyang2.
Lalu dibuang di keranjang..

Mereka, kumpulan bukan binatang.
Datang lagi esok pagi.
Datang lagi esok petang.

Berharap hamburger seperempat.
Seperempat telur bulat.
Datang lagi..
Lagi..
Dan lagi..

(Bekasi, 15 maret 2012)

TABIK

Tidak ada komentar:

Posting Komentar