Selasa, 29 Maret 2016

PANTUN: ''TIADA GUNA''

Hendak kupetik si asam kandis.
Tak ada kawan, panjat sendiri.
Pantun disusun buat sang gadis.
Supaya bisa menjaga diri..

Duduk bersila para bangsawan.
Kopiah tapis, berlipat tajung.
Disapa abang tampan rupawan.
Adik manis langsung tersanjung..

Satu purnama kasih terajut.
Si abang belum tampak belangnya.
Tak perlu sembah tak perlu sujud.
Si gadis sudah lengket hatinya..

Riuh rendah budak tertawa.
Beradu gasing ditengah laman.
Kemana mana slalu berdua.
Bagaikan benang dengan sulaman..

Pisang batu si-pisang kelat.
Makanan monyet ditengah hutan.
Hati sang gadis sudah terpikat.
Berani mati ditangan tuan..

Harum semerbak wangi kenanga.
Taruh sekuntum didalam kamar.
Hati sang gadis berbunga-bunga.
Si abang tampan datang melamar..

Angkat gelas Raja bersulang.
Minum anggur berwarna merah.
Pengantin senang bukan kepalang.
Hajad sepekan meriah sudah..

Kayuh sampan hingga kehulu.
Hendak menuju ke Indragiri.
Sembilan pekan sudah berlalu.
Tahunya abang sudah ber-istri..

Tebang buluh di pulau panggung.
Buluh ulung sudahlah tua.
Minta cerai kepalang tanggung.
Si gadis sudah berbadan dua..

Rebana - gendang, indah dipukul.
Tari sembah lalu tampilkan.
Alangkah berat beban di pikul.
Sudahlah nasip dikandung badan..

Aduhai kasihan si gadis manis.
Dulu dipuji, kini di hina.
Siang malam hati menangis.
Sesali badan tiada guna..

Dari medan menuju jawa.
Singgah sejenak di raja basa.
Pesan untuk adik semua.
Jaga diri, sebelum binasa..

Si mata empat mencabut pedang.
Karna serunting tantang berlaga.
Harta dan rupa boleh dipandang.
Akhlak dan budi, teliti juga..

Sungguhlah nikmat labu perigi.
Di campur gula santan kelapa.
Kemana badan dibawa pergi.
Nasihat bunda, jangan dilupa..

>basahlah badan karena peluh.
Sapu tangan, tolong ambilkan.
Tersusun rapi jari sepuluh.
Ada salah mohon maafkan...


Tabik...!

Bekasi, 24 april 2011.

HENDRI SEMAKA

PUISI BERBAHASA INDONESIA (6)

"KIRIMI AKU BUNGA"

Berlama bersama mu itu tak mungkin.
Kau harus kembali kepada yang menyayang mu

Entah,
kau cinta atau tidak
Tapi egois lelaki-ku merasakan nya

Entah,
Kau suka atau tidak
Bersama sementara tadi,
kemarin,
Dan hari yang lalu membuat aku bahagia

Nanti,
Mungkin kau tak datang lagi
Esok,
Mungkin kau tak lagi disini
Atau,
Aku yang akan pergi

Andai iya, kirimi aku bunga,
Lusa nanti


"TITIK JENUH"

Kita..
semua bicara kosong
Berjanji imitasi
Membagi senyum berbalut dusta
Beramai geleng kepala ketika salah
Lalu tunjuk jari merasa benar
Aku..
Lama bertahan disini
Melihat semua dengan nanar
Mendengar semua dengan samar
Menyaksikan tonil yang entah kapan berakhir


"NAKHODA"

Kita telah terbiasa membawa haluan dengan mendengar angin
Menuju arah dengan melihat bintang
Menghindar beliung dengan mendengar kicau camar
Kenapa harus gundah
Bukankah selama ini tanpa kompas kita terarah..?


"PESTA MALAM INI"

Ikan menjamu katak dimeja teratai
Iramanya berpadu gemercik air pancuran
Lumut menari tanpa jari
Langit menuangkan rintik dicawan kolam
Angin sayup, melelapkan si jangkrik yang lazim mengusik
Pesta malam ini..!
Esok malam belum pasti



Tabik,
Bekasi 31 Maret 2015
HENDRI SEMAKA